Happy Reading...
Satu hari ini pasti akan menjadi hari yang tidak akan terlupakan. Bagaimana tidak? Deva membuat hari Indah jadi begitu bahagia. Setelah awalnya membuat Indah kesal, dan Deva pun kesal oleh kelakuan jahil Indah.
Mereka berdua bersenang-senang dengan cara yang sederhana. Tanpa kemewahan, pastinya. Mereka berdua pergi tanpa mobil. Dengan hanya berjalan-jalan kaki melewati kehidupan orang-orang di luar sana. Indah menikmatinya, begitu juga dengan Deva. Keduanya tertawa lepas bersama, menyimpan sejenak beban yang selama ini hadir di hidupnya. Membiarkan hatinya bahagia untuk sejenak. Selamanya juga tidak apa-apa.
Kini, keduanya berakhir duduk berdampingan di kursi taman, sembari memakan es krim kesukaan masing-masing, yang ternyata selera mereka masih sama, cokelat. Cuaca yang terik, cocok untuk menghilangkan dahaga.
"Pinter! Makan es krimnya bener sekarang. Gak belepotan lagi." Deva mengacungkan jempol di udara ke hadapan Indah. Cewek itu, hanya memutarkan bola mata.
"Emangnya aku anak kecil!" rajuknya.
"Bagi gue, lo anak kecil!" ujar Deva tidak mau kalah. Dan sampai kapanpun, Indah sulit untuk menang darinya.
"Lo-gue lagi ngomongnya, kok tadi aku-kamu." Indah menunduk, entah kenapa merasa sedikit kecewa. Padahal hal ini biasa saja.
"Lha, emang gue salah?"
"Nggak salah, kok." Indah kembali berujar, dan sedikit mengulas senyum paksa.
Melihat perubahan sikap Indah yang mendadak, membuat Deva heran. "Lo marah?" tanyanya hati-hati.
"Nggak," balas Indah cepat. Bahkan saking cepatnya sampai Deva tersentak kecil, lalu setelahnya tersenyum penuh arti.
"Iya, gue ngerti kok."
"Apa yang kamu ngerti?" Indah bertanya, sungguh senyumnya begitu misterius baginya. Indah sedikit ngeri dengan senyum itu.
"Ada deh, Rahasia! Lo gak boleh tau!"
"Ishh... Deva! Kamu jahat ih!" Indah mengerucutkan bibirnya, sambil tangannya dilipatkan di dada.
"Aku baik, itu benar."
Deva yang menghiraukan rajukannya, semakin membuat Indah cemberut. "Deva suka gitu sama Indah." Deva yang meliriknya diam-diam itu sudah terkekeh geli melihat tingkahnya itu.
Seketika, Deva memeluknya dari samping, membuat Indah tersentak dan akhirnya menyadari bahwa Deva yang melakukannya. Indah terlalu kaget, hingga akhirnya membiarkan pelukan itu. Deva memeluknya dengan begitu erat, Indah sampai tersentuh sesaat.
"Jangan cemberut gitu, entar kupu-kupu yang lewat pada terbang," celetuknya yang masih memeluk Indah.
Tuh kan, sekali lagi Deva membuatnya kesal, runtuk Indah dalam hati.
"Kupu-kupu kan emang terbang, gimana sih, Deva."
"Hehe, iya ya. Gue lupa. Kirain kupu-kupu fly."
"Ihh... Sama aja, Deva."
"Iya, iya sama." Deva semakin mengeratkan pelukannya. Membuat Indah sedikit sesak karenanya. Tapi, dirinya terenyuh dengan perilakunya. Indah memejamkan matanya menikmati pelukan itu.
Matahari itu telah bersinar lagi, hanya saja masih ada awan yang menutupinya. Entah itu awan mendung atau awan cerah. Anggap saja awan itu sebagai Indah Ayumi.
"Dev, liat deh ada anak kecil!"
Deva pun mengurai pelukannya. Menatap arah pandang Indah.
Indah menatap Deva lekat. "Deva, kita samperin, yuk?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rintihan Hujan
Teen Fiction°• s e l e s a i •° **** Indah Ayumi, menginginkan pelangi di hidupnya datang, untuk pergi meninggalkan rintikan hujan sendirian. Saat itu juga, Mahesa Anggara datang untuk menawarkan pelangi kebahagiaan yang sempat hilang. Tapi, Indah sendiri masih...