Happy Reading...
"Kalian ada masalah apa?"
Pertanyaan yang dilontarkan oleh Deva dibiarkan begitu saja oleh Mahesa dan Sherlyn. Mereka tidak menghiraukan kicauan dari Deva yang terus-menerus mengganggu pendengaran.
Deva yang sudah mencak-mencak itu pun akhirnya pergi meninggalkan mereka berdua. Entah pergi kemana. Yang pasti, terhindar dari perdebatan antarmantan ini. Sungguh, Deva masih belum mempercayainya. Bahwa mereka berdua pernah menjalin sebuah hubungan. Ingin rasanya Deva mendengarkan penjelasan yang akan mereka jelaskan. Tapi, Deva terlalu malas ikut campur urusan orang lain. Walaupun salah satu dari mereka bukan orang lain.
Tinggallah sekarang, Mahesa dan Sherlyn yang masih saling memandang. Keduanya tidak luput dari pandangan masing-masing. Saling menatap apa yang perlu mereka tatap. Atensi mengalahkan semuanya.
"Lo gak akan ninggalin gue lagi, 'kan?" tanya Sherlyn hati-hati. Matanya masih fokus menatap Mahesa.
"Siapa yang ninggalin duluan?" Pertanyaan tajam menusuk, tepat menusuk hatinya yang sudah rapuh itu. Sherlyn tidak pernah menyangka, bahwa Mahesa akan sekejam itu padanya.
"Iya, gue tau. Gue yang ninggalin lo duluan, tapi gue punya alasannya."
"Lebih baik, kita cari tempat yang nyaman dulu buat bicarain ini." Mahesa yang kembali tenang, berjalan menuju sebuah taman yang terdapat banyak kursi putih, diikuti oleh Sherlyn dari belakang, dia tidak banyak bertanya.
"Jelasin apa yang perlu lo jelasin ke gue." Mahesa kembali mengucapkan kalimat dingin kepada Sherlyn, setelah keduanya duduk di salah satu kursi taman yang tersedia.
"Jadi gini... Gue gak pernah bermaksud-..."
"Waktu lo cuma 20 menit." Mahesa memotong ucapan Sherlyn, dan itu membuat cewek itu menghela nafas kasar.
"Sa, gue gak pernah bermaksud ninggalin lo. Tapi karena paksaan Mama, gue harus rela ninggalin lo. Waktu itu, gue baru bilang bahwa gue minta putus, tapi lo malah pergi gitu aja tanpa denger penjelasan gue. Gue-"
"Stop! Jangan ngomong lagi."
"Tapi, Sa..."
"Lo cuma masa lalu gue."
"Gue tau itu, GUE CUMA MASA LALU LO." Sherlyn mengatakan itu dengan bergebu-gebu.
"Sa, sekarang gue hancur. Keluarga gue gak pernah sayang sama gue. Mereka cuma manfaatin gue. Dan sekarang, gue gak punya apapun."
"Tapi lo bisa belanja?" tukas Mahesa. Yang berhasil membuat Sherlyn bungkam. "Oh, atau jangan-jangan, lo manfaatin Deva juga?" Pertanyaan tajam itu, sukses membuat tangis Sherlyn pecah. Cewek itu menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya. Setega itukah dia?
"Kenapa nangis, kesindir?"
"Sa, gue gak pernah manfaatin siapapun, termasuk Deva sekalipun. Dan asal lo tau, saat lo pergi ke London, gue kabur dari rumah, nyariin lo. Gue lebih pilih lo, dibanding om-om itu."
"Lo pikir gue percaya?"
Sherlyn menghela nafas gusar, "Mahesa, gue gak bohong. Dan gue gak pernah bohong sama lo. Lo, yang gak pernah dengerin penjelasan gue."
"Lo nyalahin gue, gitu."
Tangis Sherlyn semakin pecah, ia menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Mahesa tidak mempercayai semua perkataannya.
Siapa yang salah di antara mereka?
Bukan hanya Sherlyn saja yang menangis, Mahesa pun sama. Matanya memerah, hanya saja air mata itu mengalir tidak sederas Sherlyn.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rintihan Hujan
Teen Fiction°• s e l e s a i •° **** Indah Ayumi, menginginkan pelangi di hidupnya datang, untuk pergi meninggalkan rintikan hujan sendirian. Saat itu juga, Mahesa Anggara datang untuk menawarkan pelangi kebahagiaan yang sempat hilang. Tapi, Indah sendiri masih...