17. Bingung

92 8 0
                                    

Happy Reading...

Hanya berjalan-jalan bersama orang yang kita sayangi, cukup membuat kita merasa bahagia. Apalagi dia juga merasa bahagia bersama kita. Tertawa bersama, bersenda-gurau bersama, dan saling berbagi cerita. Itulah yang saat ini dilakukan Mahesa.

Hidup menjadi mudah jika dilalui dengan cara bahagia. Contohnya saja sekarang, Mahesa dan Indah tengah menikmati pemandangan air danau yang tenang dan menyejukkan hati. Mereka seperti tak memiliki beban hidup sama sekali.

"In, lo bahagia?"

"Ah, kenapa?"

"Lo bahagia gak sama gue?" Mahesa memperjelas perkataannya.

"Bahagia."

Hanya itu yang terlontar dari mulut Indah. Tapi memiliki makna yang begitu berarti bagi Mahesa. Itu menyakinkannya bahwa Indah bahagia bersamanya. Tanpa ada paksaan apapun. Tanpa dipaksa untuk bersama.

"In, gue sayang sama lo."

"Hah?! Apa?!"

"Indah! Gue sayang sama lo," ujar Mahesa lagi, seraya menarik tangan Indah ke genggamannya. Menatap lekat-lekat manik matanya, berusaha mencari kebenaran perihal apa yang dirasakan Indah.

"Ah, ya, terus?"

"Gue sayang sama lo. Ralat! maksudnya gue cinta sama lo. Lo mau 'kan jadi orang yang spesial buat gue. Gue janji gak kecewain lo."

"Mahesa?"

"Iya, kenapa?"

"Aku gak tau perasaan aku kayak gimana ke kamu. Tapi yang jelas aku gak mau kamu pergi."

"Jadi maksud lo, HTS-an gitu?" ucap Mahesa tak percaya.

"Bukan gitu."

"Terus gimana?"

"Aku belum siap untuk patah hati. Aku harap kamu ngerti. Aku bukan nolak kamu ataupun nerima. Lebih baik kita kayak gini aja dulu..." Menghela nafas sejenak, "Temenan."

"Gue gak akan bikin lo nangis, In. Apalagi patah hati."

"Aku tau," ujarnya lirih.

"Terus apa masalahnya?"

"Tolong, Sa. Jangan paksa aku, oke?" ujarnya dengan memaksa mengulas senyum.

"Oke. Gue bakal tunggu jawaban lo."

"Makasih ya. Mahesa."

"Iya."

🌧🌧🌧

"Nama lo siapa?"

"Kepo."

"It's okay," ujarnya sambil menaikkan kedua bahu.

"Gak usah baperan deh."

"Siapa yang baperan?"

"Elo." jawabnya sekena. "Nama gue Sherlyn. Lo?" ujarnya seraya menjulurkan tangannya ke arah cowok di hadapannya.

"Gue Deva." ujarnya tak lupa membalas juluran tangan darinya.

Cewek bernama Sherlyn itu hanya manggut-manggut seraya melihat kembali pemandangan di depannya yang indah.

"Sorry ya, tadi gue teriak-teriak gak jelas."

"Santai aja kali. Hidup itu gak perlu dibawa ribet."

"Lo bener, Sher. Tapi gue gak bisa kayak lo."

"Ya elah, baper lagi?"

"Apaan sih. Temenin gue, yuk?"

Rintihan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang