15. Cinta Pertama

84 6 0
                                    

'Apa susahnya sih. Jika kita punya cinta pertama. Dan itu sulit dilupakan. Bahkan sangat sulit. Tinggal gebetin, terus pacarin deh. Gampang, 'kan? Apa susahnya, coba? Kalaupun dia punya pacar, tikung aja. Sekarang 'kan lagi zamannya pacar di tikung.'

🌧🌧🌧

Happy Reading...

Dua jam telah berlalu, akhirnya Indah sadarkan diri. Kepalanya tampak berat. Matanya pun tampak kabur, ia pun mengerjap beberapa kali untuk menjelaskan penglihatannya.

Hal yang pertama kali Indah lihat adalah sosok Mahesa yang tengah menatapnya cemas. Seakan ikut merasakan sakit yang sedang ia rasakan.

Indah menyadari bahwa dirinya sekarang tengah berada di rumah sakit. Terkapar di atas tempat tidur, dengan nuansa putih di seluruh ruangan. Ya, Indah ingat bahwa tiga jam yang lalu ia terhuyung tanpa arah dan berakhir pingsan di atas lantai yang dingin. Itu artinya, ia pingsan di kamarnya sendiri kurang lebih satu jam lamanya. Sebelum Mahesa membawanya ke rumah sakit.

Indah melihat sorot bahagia di wajah milik Mahesa. Setelah dirinya benar-benar sudah sadar total. Indah yang melihat itu merasa terenyuh dengan senyum yang menghiasi wajah tampannya. Seakan-akan dia menantikan kesadarannya.

"Lo udah siuman, ya?" tanya Mahesa yang masih setia dengan senyum manis dan tulusnya. Dan pertanyaan itu membuat gelak tawa dari Deva yang telah semenjak tadi melihat mereka yang saling menatap namun tak saling memulai bicara.

"Ngapain lo ketawa?" ketus Mahesa, menatap Deva tajam.

"Lebay lo. Udah tau dia udah sadar, masih aja ditanya. Dasar bego."

"Berisik!"

Indah yang melihat hal itu hanya bisa tersenyum. Walaupun ia masih tak percaya bahwa mereka bersaudara. Setidaknya mereka ada kemiripan. Sama-sama selalu mempermasalahkan hal sepele dengan perdebatan yang tak jelas.

"Indah! Lo masih pusing, gak?" tanya Deva tiba-tiba. Menghampiri tepi ranjang yang dipakai Indah, sehingga ia berada di samping Indah. Dan berhadapan dengan Mahesa.

Mahesa yang melihat itu menatapnya kesal. "Ngapain lo nanya-nanya?" ketusnya.

"Idih, terserah gue lah."

"Sana lo. Ganggu gue aja."

"Siapa yang ganggu lo?"

"Elo."

"Elo."

"Udah. Udah," lirih Indah. Meskipun pelan, tapi membuat mereka berdua bungkam tak bersuara lagi.

"Kenapa kalian berantem, sih?" gerutunya. "Kalian adik-kakak, 'kan?" tanyanya memastikan.

Siapa tahu, Mahesa dan Deva bukan adik-kakak. Yang didengarnya kemarin, bisa saja hanya salah pendengaran. Dan yang kemarin itu hanya pikiran Indah saja.

"Lo gak percaya?" tanya Deva.

"Apanya?" Indah bingung dengan pertanyaannya yang ambigu.

"Kalo gue sama Mahesa adik-kakak."

"Aku gak tau."

Indah memalingkan pandangannya dari Deva. Tak sanggup untuk menatapnya lagi. Memang, ia sendiri saat ini belum percaya kalo mereka memiliki hubungan darah. Indah tak percaya bahwa meraka adalah orang yang membuat hidupnya dapat berbeda. Dan ia tak percaya bahwa kedua pelangi yang muncul di hidupnya, meraka itu saling mengenal satu sama lain. Dan bodohnya, kenapa ia tak menyadari itu. Tingkah lakunya saja hampir sama. Dari wajah pun ada kesamaannya.

Dan satu hal yang masih belum Indah percayai, bahwa mereka adalah orang yang ia sayangi. Yang selalu membuatnya nyaman bila di dekatnya.

Melihat Indah yang tampak murung seketika membuat Mahesa tak tinggal diam.

"Indah, Lo gak apa-apa?"

"Ah, iya. Aku gak apa-apa," jawabnya, menatap Mahesa sekilas.

"Beneran?"

"Iya, beneran."

🌧🌧🌧

Entah kenapa melihat Indah yang tiba-tiba murung membuat ia sakit hati. Ia memikirkan kesalahannya di masa lalu. Jika dulu ia tak meninggalkannya, mungkin keadaannya tak akan seperti ini. Seperti terjebak di antara cinta segitiga dengan Kakaknya sendiri.

Rasanya sulit untuk menerima bahwa Kakaknya juga menyayangi Indah. Ah, ralat! maksudnya mencintainya. Deva tinggal memilih, antara akan berjuang atau mengalah dengan Kakaknya sendiri.

Ternyata lebih sulit mencintai orang yang sama dengan Kakaknya sendiri. Ketimbang dengan teman sendiri.

Jika bisa ia memilih, ia ingin memutar waktu. Setahun yang lalu, yang mengubah sebuah impiannya menjadi hancur karena ulah dirinya sendiri.

Melihat sorot mata Mahesa yang sebelum Indah sadarkan diri. Membuat Deva ingin mengalah saja. Membiarkan Kakaknya memiliki Indah. Tapi, satu hal yang tak bisa ia sangkal. Bahwa ia sendiri pun masih sangat mencintainya. Masih tak rela bila dia menjadi milik orang lain. Egois? Ya, ia memang egois. Ia ingin egois untuk hal yang satu ini. Memutuskan untuk tidak berhenti sebelum berjuang. Melanjutkan perjuangan yang setahun lalu terhenti.

Biarlah, walau rival-nya adalah Kakaknya sendiri. Deva akan berjuang sampai Indah sendiri yang menyuruhnya berhenti. Dan jika Indah memilih Kakaknya daripada dirinya. Deva akan mencoba mengikhlaskannya, walau itu sulit.

"Gue mau keluar dulu," pamitnya kepada Indah dan Mahesa.

Deva memilih untuk tidak mengganggu meraka untuk saat ini. Ingat! Hanya untuk saat ini. Karena nanti ia akan berjuang kembali untuk mendapatkan cinta pertamanya.

Cinta pertama? Deva bahkan tak percaya dengan hal itu. Ia menertawakan dirinya sendiri. Bahwa cinta pertamanya adalah Indah. Gadis yang selalu ia tolong ketika teman-temannnya mem-bully-nya. Dan sekarang, Deva akan berjuang untuk mendapatkan cinta pertamanya kembali.

Memang benar kata orang. Bahwa cinta pertama susah untuk dilupakan. Tapi, Deva masih ragu akan hal itu. Kalau ia tak berhasil mendapatkannya. Berarti ia akan terus terpaku pada cinta pertamanya.

"Argh! Pusing gue. Gue gak percaya. Ternyata waktu setahun gak cukup buat gue ngelupain Indah," gerutunya.

Apa susahnya sih. Jika kita punya cinta pertama. Dan itu sulit dilupakan. Bahkan sangat sulit. Tinggal gebetin, terus pacarin deh. Gampang 'kan? Apa susahnya coba? Kalaupun dia punya pacar, tikung aja. 'Kan sekarang lagi zamannya pacar ditikung. Lha ini, belum juga pacaran sudah mengeluh.

Memang benar sih. Indah dan Mahesa belum resmi berpacaran. Hanya baru Mahesa yang mengatakan dia mencintainya. Belum tentu 'kan, kalau Indah juga memiliki perasaan yang sama.

Maka dari itu, Deva dengan senang hati akan berjuang mendapatkan cinta pertamanya kembali. Mendapatkan Indah dengan cara apapun. Yang penting tak membuat cara yang salah.

🌧🌧🌧

Quotes: Cinta pertama? Yakin mudah melupakannya. Menurutku itu sulit, karena dengan adanya cinta pertama kita dapat menghilangkan gelar jomblo ngenes akut.

🌧🌧🌧

Senin, 14 Januari 2019

Rintihan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang