4. Pergi Lagi

177 13 1
                                    

Happy Reading...

Saat ini Indah dan Mahesa sedang berada di belakang rumah. Tepatnya di taman belakang rumah, milik Mahesa. Mereka sedang berbicara tentang kehidupan mereka masing-masing. Seketika, perbincangan mereka teralihkan karena ada suara getaran ponsel milik Indah. Ia pun langsung mengangkatnya.

"Halo, Ma?" sapa Indah.

"...."

"Hah! Beneran, Ma?" Indah kaget, lalu tatapannya kembali sendu.

"...."

"Iya, Ma. Gak apa-apa kok."

"...."

"See you."

Setelah sambungan telepon terputus secara sepihak, tiba-tiba Mahesa mendekati Indah dan bertanya.

"Kenapa?" tanya Mahesa.

"Nggak apa-apa kok," jawab Indah sedih.

"Nggak apa-apa kok sedih," ujar Mahesa lagi.

"Nggak, cuma Mama sama Papa katanya mau ke luar negeri lagi," jawab Indah.

"Berapa lama?" tanya Mahesa lagi.

"Dua minggu mungkin," jawab Indah lagi.

"Terus lo sendirian di rumah?" tanya Mahesa kesekian kalinya.

"Iya, aku ini anak tunggal. Saudaraku semuanya di luar negeri. Jadi aku sendiri di sini," jawab Indah.

Sebelum Mahesa berbicara lagi, Indah langsung berbicara perihal dirinya. "Asal kamu tahu, aku gak sedih. Aku udah sering sendirian. Jadi, gak perlu sedih. Lagi pula, mau Mama sama Papa gak ke luar negeri pun mereka akan tetep gak di rumah," jawabnya lirih. Sampai-sampai, ia tak menyadari kalau air matanya mengalir di pipi mungilnya. Dia menagisi hal yang selalu menerpanya.

Saat mendengarkan curhatan Indah, Mahesa akhirnya buka suara.

"In, gimana kalau lo tinggal di rumah gue aja. Untuk sementara. Biar lo gak kesepian di rumah," saran Mahesa kepada Indah.

"Hah?" Indah tersentak.

"Gimana, In?" tanya Mahesa tentang sarannya.

"Gimana apanya?" Indah balik bertanya.

"Itu, tentang rencana gue. Mendingan lo tinggal di rumah gue aja dulu." Mahesa kembali menjelaskan.

"Ehm.. , tapi aku gak enak sama Bunda," gumam Indah.

"Kenapa gak enak, Bunda pasti seneng banget. Soalnya Bunda pengen banget punya anak cewek," ujar Mahesa.

"Tapi...–"

Belum selesai Indah dengan ucapannya, Mahesa malah memotong ucapannya. "Gak usah tapi-tapian, ya. Lo harus mau," ujarnya.

"Iya deh iya, aku mau. Daripada di rumah sendirian, 'kan?" ujar Indah.

"Iya. Yuk?"bajak Mahesa.

Rintihan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang