EMPAT-DÈJÁ VU

8.4K 360 5
                                    

Stefi takjub dengan deretan gaun-gaun yang terpajang, begitu mewah dan terlihat mahal.

"Pilih aja, Stef. Saya tunggu di sana ya," kata Rei sambil menunjuk sebuah sofa di sudut ruangan.

"I-iya, Pak."

Stefi mendekati sebuah gaun berwarna merah marun yang dikenakan oleh maneken. Gaun panjang menjuntai dengan belahan dada rendah, mungkin akan terlihat elegan jika dikenakan Stefi.

Seorang pelayan mendekati Stefi dan berbincang mengenai detail gaun tersebut.

Rei mengamati Stefi dari sudut ruangan, ia memilih untuk menunggu gadis itu memilih gaun yang akan dikenakannya di acara pesta nanti.

Rei merasa deja vu ketika dulu ia memaksa Ayana memilih gaun  di butik. Rei mengacak-acak rambutnya, kenapa masih mengingatnya? Apakah cinta pertama begitu sulit dilupakan?

Stefi terlihat berjalan ke arahnya, dan ia pun segera bangkit dari duduknya.

"Sudah?"

Stefi menggeleng, "Gak usah lah Pak, nanti saya coba cari sendiri."

"Kenapa? Nggak ada yang cocok?" tanya Rei memastikan. "Kita cari ke tempat lain aja kalau begitu."

"Ehm ... itu ...."

Rei tahu kenapa Stefi sebingung ini, karena Ayana pun dulu pernah seperti ini. Pasti karena melihat bandrol harganya.

"Pilih aja yang kamu suka, nanti saya yang bayar."

"Mana bisa begitu, Pak. Harganya mahal banget, saya nggak mau berhutang apapun sama Bapak."

Kening Rei mengerut, "Hutang apa? Saya kasih kamu gratis kok. Nanti acaranya kan penting, masa sekretaris saya pakai baju biasa-biasa aja."

Stefi menatap Rei. Benar juga. Mungkin Pak Rei membelikan gaun karena tidak mau dibuat malu dengan penampilanku nanti.

"Atau mau saya pilihkan?" tanya Rei sambil menuntun Stefi kembali menuju rak-rak gaun tersebut.

Stefi terperanjat ketika Rei menggenggam tangannya. Terasa hangat menjalar di sekujur tubuh Stefi.

"Mbak, jadi yang ini?" tanya seorang pelayan ketika mendapati Stefi kembali.

"Coba saya lihat." Rei mengamati gaun yang dipegang oleh pelayan tersebut. "Yang lain aja, belahan dadanya terlalu rendah."

Stefi melirik ke arah Rei, bagaimana bisa sosok itu begitu berbeda dengan atasannya yang sebelumnya.

"Coba pilihkan yang formal dan tidak terlalu seksi ya, Mbak," suruh Rei kepada pelayan.

"Baik, ditunggu sebentar."

"Pak ...."

"Kenapa?" tanya Rei sambil melihat ke arah Stefi.

Tatapan mereka bertemu, Stefi buru-buru mengalihkan pandangannya, "Saya ikut cari juga deh, Pak."

Rei mengangguk. Ia merogoh saku jasnya ketika merasakan getaran pada gawainya.

"Sam, ada apa?" tanya Rei.

"Ada waktu nggak? Ada hal penting yang mau gue sampaikan," jawab Sam dari seberang telepon.

"Gue udah keluar kantor sih, sebentar lagi gue ke rumah lo."

"Jangan di rumah, gue lagi di QFC."

"QFC deket kantor?" tanya Rei.

"Iya."

"Ya udah, tunggu! Sepuluh menitan lagi gue ke sana."

Telepon terputus.

"Stef, udah?" tanya Rei.

CLBK (Cinta Lama Belum Kelar)-TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang