Rei tak menyangka kalau Valerie mengenal Ayana. Ia juga tak tahu kalau ternyata sahabatnya di Toronto itu ditempatkan di kantor cabang Bandung. Ia kira Valerie hanya berkunjung ke kota Bandung, mengingat ia memang berasal dari kota kembang tersebut.
Ia dan Ayana pun harus merelakan bahwa hubungannya diketahui oleh Valerie, tapi Rei yakin, sahabatnya itu tak memiliki mulut yang comel seperti perempuan kebanyakan. Ia jamin rahasia hubungan mereka dapat terjaga, malah hal bagusnya adalah, ia bisa menitipkan Ayana pada sahabatnya itu.
"Dunia itu sempit, ya? Jadi ternyata cewek yang selalu diomongin sama Rei itu lo, Ay?"
"Hah? Rei ngomongin aku?" tanya Ayana penasaran.
"Selalu. Dia itu .... Hmmppf!" Valerie tak dapat menyelesaikan kalimatnya karena mulutnya telah di sumpal oleh tangan Rei.
"Jangan didenger, Ay. Dia tukang ngibul," kata Rei.
"Ih, lepas! Tangan lo bau!"
"Dia itu?" Ternyata Ayana masih penasaran.
"Dia itu selalu ceritain tentang temen sekolahnya, gak nyebutin sih siapa-siapanya, cuma rasanya gue tahu cewek yang selalu Rei ceritain itu siapa," kata Valerie sambil melirik Rei dengan jahil.
"Ah, udahlah Ay, gak usah nanya aneh-aneh sama si Valerie." Wajah Rei merona, membuat Ayana gemas melihatnya.
Valerie membuang muka dari Rei.
"Eh, kalian udah mau pulang? Itu belanjaan banyak banget," tanya Valerie ketika melihat baik Rei maupun Ayana menenteng beberapa plastik berwarna putih berukuran besar.
"Ah, enggak. Lagi nunggu jam tujuh. "
Rei mengisyaratkan Ayana untuk tidak berbicara lebih panjang dengan Valerie, karena ia tahu akhirnya akan seperti apa. Namun, Ayana tak mengerti kode dari Rei.
"Jam tujuh? Emang mau ngapain?"
"Mau nonton," jawab Ayana ragu ketika melihat Rei menggelengkan kepalanya.
"Wah, mau nonton apa? Ikut dong! Udah lama banget gak nonton nih. Boleh, ya!"
Ayana melirik ke arah Rei yang tertunduk lemas, kali ini ia tahu apa maksud kode keras dari Rei. Ternyata waktu kebersamaan mereka akan terganggu, tapi, apa boleh buat.
"Boleh dong," jawab Ayana.
"Yuk kita beli tiketnya sekarang!" ajak Valerie sambil menggandeng lengan Ayana.
"Eh, Kita titip di penitipan barang aja ya, Rei. Biar gak ribet, atau langsung simpen di mobil?" tanya Ayana sambil mengangkat plastik besar yang ditentengnya.
"Ya udah, biar aku yang ke mobil. Kalian beli tiket aja." Rei mengeluarkan dompet dari sakunya "Nih, pake kartu aku," ucap Rei sambil mengeluarkan sebuah kartu kepada Ayana, tapi direbut oleh Valerie.
"Sekalian pop corn dan soda ya," ucap Valerie sambil tersenyum merayu.
"Terserah." Rei mengambil dua kantung plastik dari tangan Ayana dan berjalan ke arah tempat parkir.
Ayana memasang wajah tak enak. Tetapi, Valerie langsung mengajak Ayana untuk mengantri di loket pembelian tiket.
Sepanjang menunggu waktu menonton tiba, Rei malah yang jadi obat nyamuk. Ayana dan Valerie asyik dengan obrolan mereka, malah Rei sengaja ditinggal karena mereka beralasan akan pergi ke counter pakaian dalam.
Hanya saat di dalam teater sajalah Rei bisa kembali bermesraan dengan Ayana, memegang erat tangannya, dan merengkuh pundak untuk menyalurkan kehangatan, karena suhu di dalam teater sangat dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLBK (Cinta Lama Belum Kelar)-TAMAT
RomanceStory ini adalah sekuel dari my sweetest enemy, jadi baca dulu cerita pertama ya! Setelah selesai menyelesaikan studinya dan sukses berkarir di Toronto, Rei memutuskan kembali ke Indonesia. Sang Mama memutuskan pensiun dan menunjuk Rei sebagai pengg...