Rei menatap layar laptopnya dengan kesal, berita berisikan foto dirinya yang sangat tak pantas berada di website resmi milik perusahaan.
Ia akui bahwa foto tersebut adalah dirinya dengan Stefi semalam, dan pagi harinya gambar tersebut sudah menjadi head line news webnya.
Tak lama berselang, telepon dari line dua berbunyi.
“Ada apa, Stef?”
“Bu Diana telepon, Pak.”
“Langsung sambungkan saja.”
“Baik.”
Kemudian terdengar suara Mama Diana yang memekakan telinga.
“Bagus, ya! Setelah muncul berita itu hapenya gak aktif.”
“Hape Rei ketinggalan, Mam.”
“Kok bisa ketinggalan?” tanya Mama Diana.
“Panjang ceritanya Mam, semalem ada masalah di kantor, ruang server meledak, asapnya bikin beberapa karyawan yang lagi lembur mengalami sesak napas, Rei buru-buru ke sini, untungnya semalem Rei pake jas, jadi pagi ini bisa langsung ngantor.”
“Kok bisa meledak? Ada korban?”
“Rei juga gak tau, Mam. Yang jelas, kayaknya ada yang sabotase, tapi Mama tenang aja, udah ada yang menyelidiki. Kalau soal korban, ada beberapa yang parah, sampe sesak napas, muntah, dan pingsan karena asapnya, tapi udah Rei bawa ke rumah sakit semalam, sampe Rei ninggalin rumah sakit tadi pagi, semuanya keadaannya udah membaik.”
“Syukurlah. Lalu, kamu mau alasan apa lagi ke Mama masalah foto kamu dengan Stefi di website perusahaan? Siapa yang bertanggung jawab dengan berita itu?”
“Rei juga gak tau, Mam. Itu foto kayaknya diambil semalam. Waktu itu Stefi juga lembur sama panitia acara, dia termasuk korban juga, Rei sih, ya ngasih pinjem jas biar dia gak kedinginan. Tapi anehnya, kenapa pas sama Stefi aja candidnya ya, Mam? Padahal Rei nolongin yang lain juga, loh.”
“Mana Mama tau, yang jelas kamu harus selesain semuanya, hapus berita memalukan itu di website, acara sertijab terpaksa Mama undur sampai semuanya kamu bereskan. Cepat buat surat permintaan maaf untuk seluruh kantor cabang mengenai pendingan acara, mumpung yang dari luar kota juga belum berangkat, kan?”
“Iya, Mam. Rei minta maaf.”
Telepon terputus.
Rei berniat menelepon Ayana, akan tetapi ia tak hapal nomor ponselnya, ia pun menekan tombol dua pada telepon kabelnya.
“Dengan Stefi.”
“Stef, tolong buat surat pembatalan acara sertijab besok, untuk waktu pastinya nanti diberitahukan lebih lanjut, lalu segera sambungkan telepon dengan kantor cabang Bandung, setelah ada nada sambung langsung hubungkan ke sini, biar saya yang bicara.”
“Baik, Pak.”
Rei meletakan kembali gagang telepon pada tempatnya. Bagaimana bisa lupa bawa handphone? Ayana juga pasti sudah melihat fotonya bersama Stefi. Yang jelas, ia harus segera menjelaskan kesalahpahaman ini.
Dering telepon yang berasal dari line dua berbunyi.
“Sudah tersambung, Pak,” ucap Stefi.
“Thanks, Stef.”
Setelah Stefi memutuskan panggilannya, terdengar nada sambung telepon. Entah kenapa jantung Rei berdegup dengan sangat cepat, ia tak sabar untuk mendengar suara Ayana.
“Selamat Pagi, Hans Corporation Bandung. Dengan Ayana, ada yang bisa dibantu?”
“Ay ....”***
KAMU SEDANG MEMBACA
CLBK (Cinta Lama Belum Kelar)-TAMAT
RomanceStory ini adalah sekuel dari my sweetest enemy, jadi baca dulu cerita pertama ya! Setelah selesai menyelesaikan studinya dan sukses berkarir di Toronto, Rei memutuskan kembali ke Indonesia. Sang Mama memutuskan pensiun dan menunjuk Rei sebagai pengg...