TIGA PULUH LIMA-TRENTE CING

4.4K 242 4
                                    

Fabian mengetuk berkali-kali sebuah pintu bertuliskan angka sembilan. Ia pun resah dengan ponsel yang berada di tangannya.

Tak satupun panggilannya dijawab oleh sang penerima. Ia menyimpan sebuah plastik berisi makanan dan buah-buahan di lantai.

"Cari siapa, Mas?" tanya Ibu kos.

"Cari Ayana, Bu. Kayaknya gak ada di kos ya? Dari tadi saya ketuk gak ada yang nyahut," jawab Fabian.

"Loh, Neng Ayana kan udah pindah, Mas."

"Pindah?" tanya Fabian kaget.

"Iya, udah lumayan lama juga."

"Pindah kemana ya, Bu?" tanya Fabian lagi.

"Wah, saya kurang tau ya, Mas. Waktu itu nggak sempet nanya. Tapi pindahannya gak bawa barang-barang, Mas. Cuma bawa baju aja. Kasur dan peralatan lainnya masih ada di kos, sama saya juga belum diberesin," terang Ibu Kos.

Fabian melipat keningnya.

"Apa tinggal sama saudaranya ya, Bu?"

"Ah, enggak. Orang perginya aja sama pacarnya."

"Pacar?"

"Iya, waktu ngenalin diri ke ibu sih bilangnya pacarnya. Ibu sih nggak mau berburuk sangka ya, Mas, tapi kayaknya sih tinggal bareng pacarnya deh, abisnya udah sering juga sih pacarnya main, seminggu sekali gitu lah."

Si Ibu ini, katanya gak mau berburuk sangka, tapi ngomongin orang juga.

"Ya sudah kalau gitu, Bu, saya pamit dulu," ucap Fabian.

"Oh, iya, Mas, barang bawaannya," ucap Ibu Kos sambil menunjuk dua plastik berisi makanan.

"Buat Ibu aja." Fabian mengangguk sopan. Ia pun pergi dengan rasa kecewa.

***

"Kenapa? Apa kinerja aku kurang bagus di mata kamu?" tanya Ayana waktu itu.

"Nggak, bukan masalah kinerja, tapi ...."

Rei terlalu malu untuk mengakui bahwa ia cemburu dengan perhatian Fabian, atasan Ayana.

"Kenapa?"

"Hm, itu ...."

"Alasan kamu gak jelas. Aku mau tidur."

Ayana langsung mengurung diri di balik selimut.

Sampai sekarang, gadis itu masih tidak ingin berbicara dengan Rei. Begitupun dengannya, setelah melihat ponsel Ayana yang sedari tadi menyala, dan ternyata orang yang membuatnya cemburu lah yang terus menerus menghubungi Ayana.

Mendadak Rei menjadi bad mood.

Hingga kedatangan Ana lah yang mampu memecah keheningan keduanya. Rei memilih meninggalkan ruangan dan mencari udara segar.

"Den Rei kecapekan ya, Mbak? Kok gak seramah biasanya sih?" tanya Ana.

Ayana cuma tersenyum kecut sambil mengedikan kedua bahunya.

***

"Rei?" Seseorang menyentuh bahu Rei ketika ia sedang berdiri di beranda rumah sakit.

"Loh, Sam. Lo di sini? Ngapain?"

"Alya keguguran, baru selesai di kuretase."

CLBK (Cinta Lama Belum Kelar)-TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang