Perjalanan malam yang panjang dan hening menemani kepulangan Ayana. Sesuai permintaannya, Ayana diantar oleh salah satu supir pribadi milik Rei, dan anehnya ada beberapa stafnya yang mengikuti mobil yang ditumpangi Ayana dari belakang.
Ayana memutar kembali ingatannya, ia tidak tahu kenapa hari ini begitu berbeda. Ketika ia bangun dari tidurnya, suasana kamar begitu banyak tenaga kesehatan yang memeriksanya, ia pun melihat Mama Diana duduk di sofa tanpa bicara, tak ada kehangatan yang dipancarkannya seperti biasa, pun sikap Rei, aneh, banyak yang disembunyikan olehnya, dan pada akhirnya ia meminta jarak, Ayana menyanggupi, bukan hanya jarak, namun benteng yang akan menghalanginya.
Ia tahu betul pertemuan mereka kembali adalah suatu kesalahan, menerima semua kebaikan pria itu pun merupakan kesalahan, dan hal ini harus ia tanggung, rasa sakit yang begitu dalam di hatinya.
Ayana menyeka air matanya, menghapus aliran air mata yang menganak sungai di pipinya. Sebentar lagi dia sampai.
Mobil berhenti tepat di depan gedung apartemen mewah The Edge. Ayana baru menyadari bahwa putusnya hubungan dengan Rei berarti harus melepas semua pemberian Rei yang berharga tak murah ini. Lalu, ia harus tinggal di mana? Apalagi ini sudah malam.
Lagi pula, ia tak punya barang apapun selain pakaian. Barang yang ia punya ditinggal di kosan lama.
"Sudah sampai, Mbak," ucap supir bernama Edo.
Ayana tersadar dari lamunannya.
"Iya, Pak, terima kasih." Ayana membuka pintu.
Pak Edo membantu mengeluarkan koper milik Ayana yang berada di bagasi belakang.
Mobil yang mengikutinya sedari tadi turut berhenti tepat di belakang mobil yang dikemudikan Pak Edo.
"Terima kasih sekali lagi, Pak," ucap Ayana.
Ia lalu berjalan menyusuri trotoar.
"Mbak, bukannya tinggal di sini?" tanya Pak Edo setengah berteriak, ia kebingungan.
Ayana menoleh. "Nggak lagi." ia terus berjalan sambil menarik kopernya.
Ia melewati staf keamanan Rei yang sepertinya sedang menghubungi atasannya, Ayana mempercepat langkahnya. Ia merasakan ada yang mengikutinua, maka ia pun berbalik ke belakang.
"Tolong jangan ikuti saya!" cegah Ayana.
"Tapi, Mbak ini perintah."
"Saya bilang jagan ikuti! Atau saya akan teriak."
Akhirnya mereka menyerah, staf yang menelepon masih terlibat pembicaraan, Ayana yakin bahwa mereka sedang dimarahi Rei. Namun Ayana merasa bahwa penjagaan seperti ini pun ia tak berhak menerimanya jika ia bukan siapa-siapa.
***
"Bodoh! Kenapa dibiarkan pergi?" tanya Rei dengan nada tinggi.
"Maaf, Pak, tapi salah satu dari kita ada yang mengikuti diam-diam."
"Jangan sampai terjadi sesuatu dengan Ayana." Rei melemparkan ponselnya ke atas kasur.
Pikirannya risau, harusnya ia tahu, Ayana bukan seperti wanita kebanyakan, apa yang telah diberikannya pasti akan dikembalikan jika mereka sudah tidak memiliki hubungan apa-apa. Lalu, dia akan tinggal di mana? Dia tidak punya barang-barang, dan setahunya, dompet Ayana masih berada di dalam unit.
Sera. Ya, pasti dia menginap di kos Sera.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
CLBK (Cinta Lama Belum Kelar)-TAMAT
RomanceStory ini adalah sekuel dari my sweetest enemy, jadi baca dulu cerita pertama ya! Setelah selesai menyelesaikan studinya dan sukses berkarir di Toronto, Rei memutuskan kembali ke Indonesia. Sang Mama memutuskan pensiun dan menunjuk Rei sebagai pengg...