Rei menjejakan kaki di kamar hotel, setelah memberikan beberapa lembar uang kepada bell boy, Rei memilih membaringkan tubuhnya di atas kasur. Perjalanan Jakarta-Bandung memang tak begitu menyita waktu, namun, setelah sekian lama tak menyentuh stir membuat tangannya pegal mengemudikan mobil selama dua jam, serta pekerjaan yang harus diselesaikan tepat waktu, membuatnya begadang semalaman.
Jadwalnya begitu padat, siang nanti ia harus mengunjungi kantor cabang perusahaan yang bergerak di bidang retail yang baru saja berdiri satu tahun di kota Bandung
Rei mengamati jam dinding, masih ada waktu sekitar dua jam sebelum mengunjungi kantor. Ia pun memutuskan untuk sejenak memejamkan mata.
Suara bising yang berasal dari ponselnya membuat tidur Rei terganggu, rupanya alarm yang Rei pasang sebelum ia tertidur tadi. Waktu memang begitu cepat berlalu, sepertinya ia baru memejamkan mata sedetik, namun waktu sudah menunjukan pukul dua belas siang. Satu jam lagi ia harus sudah sampai di kantor.
Demi menyegarkan tubuhnya yang lelah, Rei memutuskan untuk sejenak berendam air panas, setengah jam kemudian ia sudah menghampiri sopir yang dikirimkan kantor untuk menjemputnya yang sudah menunggunya di lobi.
"Lama, Pak?" tanya Rei ramah.
"Lumayan, Pak." Sopir tersebut menunduk, ia memang mendengar selentingan kabar bahwa Ibu Diana sang bos besar batal berkunjung, namun digantikan oleh putranya yang sebentar lagi akan mengganti posisi Ibu Diana. Lain dengan Ibu Diana yang memang ramah dan memperlakukan semua karyawannya dengan baik tanpa memandang status sosial ataupun jabatan, tentang Rei, Pak sopir tidak tahu pasti bagaimana sifat sang atasan. Dan sekarang ia bisa memastikan bahwa sifat ramah Ibu Diana menurun kepada putranya.
Di dalam mobil, Rei menatap ke arah jendela, berharap di jalan ia menemukan sosok yang ia cari.
"Asli orang sini Pak?" tanya Rei membuka suara.
"Eh, iya Pak. Asli Bandung dari lahir."
Rei mengangguk, ingin rasanya menanyakan sosok yang ia cari kepada Pak sopir, namun seperti bisa ditebak, hasilnya pasti nihil. Mencari orang tanpa petunjuk apapun memang menyulitkan.
Tak sampai sepuluh menit, Rei sudah berada di kantor, terlihat beberapa pegawai sudah menunggunya dan bersiap menyambut kedatangannya.
Rei tersenyum ramah ketika turun dari mobil, beberapa pegawai wanita sibuk berbisik-bisik menilai penampilan calon bos besarnya itu.
Fabian-area menejer, mendekati Rei dan menyambutnya dengan jabatan tangan yang hangat, sepertinya usia mereka tidak terlampau jauh.
"Bagaimana perjalanannya Pak?" tanya Fabian.
"Lumayan melelahkan," jawab Rei formal, hal ini sudah ia pelajari sewaktu magang di perusahaannya yang berada di Kanada, seorang atasan harus menunjukan wibawanya.
Rei dan Fabian terlibat perbincangan yang seru, mereka sama-sama tertarik dengan masalah proyek yang akan dijalani oleh perusahaan.
"Saya setuju dengan rencana Pak Fabian, sangat brilian! Biasanya kita hanya mengenalkan produk kepada konsumen, tapi untuk karyawan kita sendiri tidak mengenal produk yang kita jual."
"Ya, Pak. Saya rencananya akan membuat sebuah training skill untuk karyawan, terutama yang berhubungan langsung dengan konsumen. Jika berhasil nanti kita akan libatkan back office juga," ucap Fabian antusias.
Rei mengangguk.
Kemudian mereka pun memasuki ruang meeting dan sudah ditunggu oleh staf lain.
***
Rei dan Fabian menyeruput kopi hitamnya, sesekali Rei membaca kertas coretan tangan Fabian yang menuliskan beberapa rencana atas proyek mereka yang dibicarakan tadi ketika rapat.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLBK (Cinta Lama Belum Kelar)-TAMAT
RomanceStory ini adalah sekuel dari my sweetest enemy, jadi baca dulu cerita pertama ya! Setelah selesai menyelesaikan studinya dan sukses berkarir di Toronto, Rei memutuskan kembali ke Indonesia. Sang Mama memutuskan pensiun dan menunjuk Rei sebagai pengg...