Ayana sudah berdandan cantik pagi ini, pasalnya, semalam ia sudah janjian dengan Rei akan pergi ke tempat pemandian air hangat, dan pria itu akan menjemputnya pukul tujuh.
Ia pun sudah menyiapkan sarapan dan bekal untuk dibawa, Ayana sudah tak sabar kembali menikmati hari-hari mereka, sebelum besok kembali ke rutinitas pekerjaan.
Waktu sudah menunjukan pukul tujuh lewat lima belas menit. Tidak biasanya Rei telat, malah ia biasa datang lebih awal untuk sekedar kembali tiduran.
Apa Rei belum bangun?
Ayana memutuskan untuk menghubungi Rei, tetapi panggilannya diabaikan. Ia rasa ada sesuatu yang salah.
Hingga pukul sembilan lebih, Rei baru menghubungi Ayana. Baru saja ia akan pergi ke hotel tempat Rei menginap, ia takut terjadi sesuatu terhadap Rei.
"Rei, kamu gak apa-apa?" tanya Ayana khawatir.
"Ay, maaf, rencana kita mesti dipending dulu, ya."
"Kenapa? Kamu sakit?"
"Nggak, ini aku baru keluar tol Slipi."
"Kamu pulang?" Lutut Ayana berasa lemas.
"Iya, maaf. Ada kabar gak bagus."
"Kenapa?"
"Proyek yang Mama jalanin sebelum lengser terancam dibatalkan sepihak, terpaksa aku harus ke Paris buat nge-lobby ulang tander yang diajukan. Sore ini aku terbang, sekarang aku harus mempelajari materi dan masalahnya. Maaf ya ...."
Ayana tersenyum walau dipaksakan. "Iya, gak apa-apa. Memang sudah kewajiban kamu kan?"
"Aku janji akhir pekan ini kita habisin waktu bersama lagi."
"Iya."
"Aku lanjut jalan lagi ya, aku harus cepet sampe kantor."
"Ya udah, kamu hati-hati ya," pinta Ayana.
"Iya, sayang. Nanti aku kabarin lagi. Bye!"
"Bye!"
Ayana menggenggam erat ponselnya. Ia kecewa? Ya, sedikit. Bukankah ini memang sudah menjadi resiko dirinya memacari Rei? Ia harus maklum. Toh, Rei pun janji akan segera memberinya kabar kan?
Pasti.
Cukup bersabar.
Bersabar.
Tapi kesabaran ini sudah cukup dan melelahkan.
Hingga hari jumat menjelang akhir pekan yang dijanjikan Rei masih belum memberikan kabar, sedikit pun. Padahal, hanya mengiriminya email untuk meyakinkan bahwa dirinya di sana baik-baik saja, itu sudah cukup.
Ayana pun tak berani untuk menghubungi Rei duluan.
Diujung kesabarannya, untuk pertama kali Ayana meneteskan air mata.
"Belum pulang, Ay?" tanya Fabian.
"Sebentar lagi, Pak." Ayana buru-buru menyeka sudut matanya.
"Memangnya kerjaan lagi banyak banget?"
"Nggak terlalu kok, Pak. Sebentar lagi juga saya pulang," jawab Ayana sambil terus mengetikan jarinya di atas keyboard.
Fabian berjalan ke arah kubikel lain yang tak begitu jauh dari kubikel Ayana, ia duduk di sana.
"Bapak nggak jadi pulang?" tanya Ayana heran.
"Akhir-akhir ini ada sesuatu yang aneh sama kamu, Ay. Ada masalah?" tanya Fabian.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLBK (Cinta Lama Belum Kelar)-TAMAT
RomanceStory ini adalah sekuel dari my sweetest enemy, jadi baca dulu cerita pertama ya! Setelah selesai menyelesaikan studinya dan sukses berkarir di Toronto, Rei memutuskan kembali ke Indonesia. Sang Mama memutuskan pensiun dan menunjuk Rei sebagai pengg...