DUA PULUH TUJUH-TEMAN LAMA

4.3K 269 8
                                    

Rei menggenggam tangan Ayana erat, firasatnya buruk. Apakah Ayana juga merasakan apa yang ia rasakan?

"Mama kamu sepertinya nggak begitu senang denger kita pacaran," ucap Ayana.

Jackpot!

Dalam hati Rei juga mengatakan seperti itu, entah apa yang ada di pikiran mamanya ketika mendengar Rei dan Ayana pacaran, raut wajahnya terlihat kaget, setelah itu ia meminta waktu untuk beristirahat sejenak sebelum kembali ke aula.

"Mungkin Mama kaget. Akhirnya anaknya yang ganteng laku juga," ujar Rei pongah.

Ayana memutar matanya. "Ya kalau emang ganteng, nggak akan sampe ngejomlo seumur hidupnya kali," kata Ayana berbisik.

"Apa?"

"Nggak," jawab Ayana sambil menggelengkan kepalanya.

Akhirnya mereka sampai di depan lift.

"Kamu duluan ke bawah, aku mau siap-siap dulu."

Ayana mengangguk.

"Nanti pulangnya aku anter, jadi jangan bareng lagi sama Pak Fabian."

"Kamu mau ke Bandung?"

Rei mengangguk. "Besok weekend kan?"

"Iya sih, ya udah nanti aku bilang sama Pak Bian."

"Sampai ketemu di bawah," ucap Rei sambil mencium pipi kiri Ayana.

Setelah Ayana sudah berada di dalam lift, Rei menekankan tombol angka lima belas.

Ayana melambaikan tangannya.

Rei mengembuskan napas dengan kasar ketika pintu lift tertutup sempurna, ia masih gusar dengan reaksi mamanya. Jangan bilang kalau Mama bener-bener nggak memberi restu pada hubungannya dengan Ayana. Ia pun bergegas kembali ke ruangan tempat Mamanya berada.

"Ma!" Rei menutup pintu dengan keras hingga Mama Diana terlonjak kaget. "Mama kenapa sih reaksinya begitu? Ngga percaya kalau Rei beneran pacaran sama Ayana?"

"Bukan begitu." Mama Diana mengelus dadanya.

"Lalu apa?"

"Mama ... Mama cuma bingung, Rei," ucap Mama ragu.

"Bingung kenapa?" Rei memutuskan untuk duduk di depan Mamanya.

"Mama kira kamu udah ngelupain Ayana, dan ... dan sudah berpaling ke Stefi."

"Apa? Stefi? Kok Stefi sih, Mam?"

"Jadi, Mama kira kamu ada perasaan sama Stefi, dan Mama rasa Stefi juga punya perasaan yang sama, lalu Mama bicara sama dia, Mama paksa dia untuk mengakui perasaannya, dan ...."

"Dan?"

"Dan dia ngaku kalau ada perasaan sama kamu, lalu Mama bilang kalau kamu juga ada rasa dan Mama kasih restu buat kalian berdua." Mama Diana cuma nyengir karena merasa bersalah, untung saja ia berstatus ibu kandung dari Rei, jadi nyawanya aman.

"Apa?" Rei meremas rambutnya dengan frustasi. "Kenapa Mama bisa segegabah itu sih?"

"Ya Mama kira kamu jatuh cinta sama sekretarismu itu, makanya mama tanya langsung ke Stefi apa dia juga punya perasaan yang sama atau nggak, dan ternyata ... iya."

"Kenapa juga Mama pake tanya sendiri?"

"Mama tau kamu itu gimana orangnya, dulu waktu sama Ayana juga gak ada progres apa-apa kan, Mama nggak mau sampe kamu mengulangi hal yang sama. Ingat umur, Rei! Kamu udah mau dua puluh delapan tahun, karir sudah mumpuni, apa lagi yang mesti ditunggu, Mama cuma mau kamu gerak cepat dan Mama kepingin cepet gendong cucu. Mama nggak tau umur Mama sampe kapan," kata Mama mendadak haru.

CLBK (Cinta Lama Belum Kelar)-TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang