SEMBILAN BELAS-KESALAHPAHAMAN YANG FATAL

4.7K 236 13
                                    

Sudah berlangsung selama sepuluh menit Rei menghubungi Mamanya lewat video call, membicarakan tentang pekerjaan dan kesiapan acara yang akan berlangsung lusa. Acara yang akan digelar sangat megah dan eksklusif, diliput oleh banyak media lokal maupun internasional. Acara perdana yang akan dilangsungkan oleh kerajaan bisnis Hans Corp, penyerahan jabatan presiden direktur yang sebelumnya dijabat oleh Ayah Rei, seorang pebisnis ulet yang telah membangun usaha kecil dibidang retail yang kini menjadi induk perusahaan diberbagai macam bidang. Karena wafat belasan tahun lalu, tahta dilanjutkan oleh istri sahnya, Diana, yang kini memutuskan untuk pensiun dan memberikan jabatan penting itu kepada putra semata wayangnya. Reihan Geovani Gantara.

Terdengar suara ketukan pintu.

"Sebentar, Mam. Masuk!" ucap Rei mmeberi jeda kepada Mamanya tanpa mrmutuskan panggilan, karena masih banyak yang harus dibahas, dan mempersilahkan orang yang berada di balik pintu untuk masuk.

Terlihat Stefi memasuki ruangan Rei dan duduk dihadapan pria itu.

"Manajer keuangan mempertanyakan masalah tambahan undangan khusus untuk sekretaris masing-masing cabang, Pak."

"Lalu? Itu, kan, perintah saya langsung. Kalau tidak disetujui mengenai biaya dan akomodasinya biar tagihannya masuk ke akun pribadi saya," kata Rei sambil menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi.

"Ah, itu ... Biar saya bicarakan kembali dengan bagian keuangan, Pak."

"Bagus, Stef."

"Tapi, Pak. Kalau manajer keuangan minta alasannya, saya harus jawab apa?" tanya Stefi sambil berdiri dari duduknya.

"Bilang aja karena saya sedang jatuh cinta dengan seorang sekretaris."

Mendengar perkataan Rei, wajah Stefi memerah, entah mengapa ucapan tersebut membuat detak jantungnya berdegub kencang ditambah tatapan Rei yang begitu mengintimidasi.

"Saya permisi." Stefi buru-buru meninggalkan ruangan.

Rei kembali fokus ke layar laptop, di mana Mamanya sedang melotot ke arahnya.

"Kenapa, Ma?" tanya Rei dengan memasang wajah tanpa dosa.

"Anak Mama sudah dewasa," kata Mama sambil tersenyum penuh arti.

Rei cuek karena tak mengerti apa arti dari senyuman Mama, ia mulai kembali membahas perihal konsep acara serah terima jabatan.

***

"Lo pindah kenapa gak bilang ke gue?" todong Sera ketika jam istirahat baru saja tiba.

"Eh."

"Kemarin gue ke kosan lo, kata Ibu Kos lo udah pindah sama pacar lo. Jadi, sekarang kalian tinggal bareng?"

Ayana buru-buru menyubit lengan Sera ketika mendengar suara pintu ruangan Fabian terbuka.

"Siang, Pak!" sapa Sera.

"Siang, Ser," kat Fabian sambil tersenyum sekilas, kemudian ia kembali mengotak-atik ponselnya.

Setelah jarak Fabian semakin menjauh, Sera kembali menuntut jawaban dari Ayana.

"Gue emang pindah, tapi gue gak tinggal bareng sama Rei. Bahkan waktu di Bandung dia nginep di hotel kok, jadi jangan ngira macem-macem!"

"Lo pindah kemana? Kok gak bilang gue?"

"Mendadak, maaf deh," kata Ayana sambil mengambil dompet dan ponselnya dari dalam tas, bersiap untuk ke kantin.

CLBK (Cinta Lama Belum Kelar)-TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang