Untuk menikmati backsound, silahkan naikkan volume suara perangkat kamu, dan klik ikon youtube, tunggu sampai video musik terunduh. Setelah itu, kamu bisa scroll cerita sambil ditemani backsound.
Enjoy!
"Kamu punya waktu lima menit," kata Ayana dengan nada tegas.
"Kamu bercanda? Waktu lima menit cukup buat apa?"
"Lima menit atau nggak sama sekali." Kali ini Ayana menatap Rei. Pandangannya tajam.
Rei mengembuskan napas dengan kasar. "Oke, lima menit dimulai dari sekarang."
Ayana mengangguk tanda setuju.
"Sebenernya ada yang berniat jahat sama aku, entah motifnya apa. Kamu masih inget ledakan di kantor pusat?" tanya Rei.
Ayana mengangguk.
"Itu adalah salah satu terornya. Lalu, ada yang nggak kamu tahu. Waktu kamu sakit, ada yang masuk ke ruangan, Mama dikurung di Kamar mandi, nggak bisa keluar, lalu ada yang otak-atik klep infusan kamu sampai cairan infusnya habis dan kamu kejang."
Ayana menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan.
"Untungnya Mama segera ngehubungi aku, akhirnya kamu selamat, tapi Mama shock karena sempet lihat kejadian itu secara langsung, aku kemarin bawa Mama ke Singapur, berobat untuk psikisnya, sekaligus bawa mama berlibur, dan Ana, dia juga disekap di toilet karyawan, dia masih terguncang, aku ijinin dia libur sampai kejiwaannya pulih."
Mulut Ayana menganga, ada peristiwa seperti itu dan dirinya tidak tahu. "Kenapa aku bisa sampai gak tahu?"
"Karena kamu tidur, nggak sadarkan diri, dan ketika kamu bangun, aku sudah atur semuanya harus normal dan baik-baik saja," jawab Rei.
"Lalu, kenapa kamu gak ngasih tau aku?"
"Aku nggak mau kamu shock kayak Mama dan Ana, aku nggak sanggup liat kamu begitu."
Ayana memalingkan wajahnya dari Rei, ekspresi pria itu syarat akan kecemasan. Ayana akui itu.
"Gimana keadaan Mama sekarang?""Sudah membaik, tapi mama nolak diajak pulang."
Ayana menunduk lesu.
"Terus alasan kamu mau jaga jarak juga karena ini?" tanya Ayana tanpa menoleh ke arah Rei.
"Iya. Aku pikir, semua ini akulah penyebabnya. Kamu hampir celaka karena aku. Semua sedang dalam proses penyelidikan, sebelum pelakunya ketangkep, aku nggak mau kamu terlibat, dan celaka lagi. Maka, aku mau kita jaga jarak, buat kebaikan kamu, setelah semuanya terungkap, aku mau kita normal lagi seperti biasa."
Lagi-lagi karena alasan egoisme.
"Tapi kenapa sekarang kamu kayak cari perhatian gitu, sih? Pak Bian bawa mobil dari Lembang pake kecepatan tinggi cuma gara-gara kamu pengen melibatkan area manager. Tapi aku tahu, bukan itu alasannya."
"Aku itu cemburu! Aku nggak bisa biarin kamu berduaan aja sama om-om itu." Nada suara Rei meninggi jika menyangkut dengan Fabian.
"Kita cuma ada hubungan pekerjaan! Kamu bisa gak sih profesional? Jangan mentang-mentang perusahaan punya kamu, dan kamu bisa bersikap seenaknya."
Rei terdiam, ya, ia lebih baik diam daripada kembali berbicara dengan nada tinggi.
"Dua menit lagi," ucap Ayana.
Rei terkesiap.
"Ay, aku minta maaf, aku memang gak profesional. Aku itu sayang sama kamu, aku posesif, aku bodoh. Ya! Semua sikap jelek itu ada di diri aku. Tapi aku tahu, kalau aku mau kamu aman, kamu hidup nyaman dan tenang tanpa teror dari mana pun, dan nantinya hidup mendampingiku."
KAMU SEDANG MEMBACA
CLBK (Cinta Lama Belum Kelar)-TAMAT
RomanceStory ini adalah sekuel dari my sweetest enemy, jadi baca dulu cerita pertama ya! Setelah selesai menyelesaikan studinya dan sukses berkarir di Toronto, Rei memutuskan kembali ke Indonesia. Sang Mama memutuskan pensiun dan menunjuk Rei sebagai pengg...