EMPAT PULUH DELAPAN-HEART WARMING

5.7K 285 12
                                    

Rei memasang headphone-nya, ia melirik ke arah kaca jendela. Di luar sana, Ayana masih berdiri mematung. Apakah pilihannya sesulit itu? Hingga untuk memilih antara heli dan lift saja ia masih kebingungan.

Jujur saja, Rei merasakan gugup luar biasa, ia tak tahu harus bagaimana jika Ayana memutuskan untuk pergi. Rei memejamkan matanya dengan rapat. Hingga sebuah suara mengagetkannya.

"Sudah siap berlibur, Pak?"

Rei membuka mata, ia melihat Ayana duduk di sampingnya, gadis itu sedang memakai headphone.

Senyum Rei terbit. Rei mengulurkan tangannya, Ayana menyambutnya.

"Pemeriksaan eksternal sudah dilaksanakan, Pak. Kita sudah siap terbang," ucap pilot yang sudah siap di belakang kemudi.

"Safe flight," jawab Rei.

"Yes, Sir."

Selanjutnya mereka telah berada di ketinggian, Ayana melihat ke bawah dari kaca jendela, hanya terpampang birunya lautan.

"Sebenernya kita mau ke mana sih?" tanya Ayana penasaran.

"Rahasia," jawab Rei sambil mengedipkan sebelah matanya.

Ayana kembali memilih menatap pemandangan dari jendela, ia malas meladeni Rei, merusak mood-nya saja.

***

A

yana belum mengetahui bahwa helikopter ini akan mendarat di mana, yang jelas ia hanya melihat sebuah pantai berpasir putih di bawah sana. Dan dirinya yakin, bahwa ini masih di kawasan Jakarta karena perjalanan mereka yang terlampau singkat.

"Kita mendarat di situ?" tanya Ayana.

Rei mengangguk sambil tersenyum. Dari tadi  ia tak bisa berhenti untuk tersenyum.

Ketika helikopter semakin dekat dengan pantai, Ayana melihat sesuatu yang menakjubkan, mulutnya menganga tak percaya dengan apa yang dilihat.

"Kamu kaget?" tanya Rei.

Ayana melirik Rei sekilas dan mengangguk, ia pun kembali menatap kerumunan orang di bawah sana yang sepertinya menunggu helikopter mendarat dengan sempurna. Ia tak mengenali orang-orang itu, tapi senyumnya semakin merekah ketika melihat Mama Diana ada di antara kerumunan itu.

"Mereka menunggu kita?" tanya Ayana lagi.

Rei menggeleng. "Mereka nunggu kamu."

"Apa?"

Rei menggenggam tangan Ayana. "Sebelum kita keluar, aku mau bilang kalau sebenernya aku itu bener-bener nekad. Mereka adalah keluargaku, keluarga dari Papa, aku bilang kalau mau ngelamar kamu, dan kalau lamarannya diterima aku akan bawa kamu ke sini, tapi kalau gak diterima aku bakal datang sendiri.

"Kamu lihat, kan? Wajah mereka tegang semua, mereka pasti lagi harap-harap cemas nunggu aku bawa kamu atau nggak. Rei tertawa getir ketika membayangkan ia datang tanpa membawa Ayana. "Aku ada ide buat menjahili mereka," ucap Rei sambil mengerlingkan matanya.

Kening Ayana mengerut.

Ketika helikopter telah mendarat dengan sempurna, Rei membuka headphone dan seatbelt-nya, Ayana mengikuti apa yang dilakukan oleh Rei.

"Kamu diem dulu di sini!" kata Rei.

Ayana hanya menurut.

Rei keluar dengan wajah datar, orang-orang di luar sepertinya mengerti, Rei tidak membawa calonnya, mereka memasang wajah kecewa.

CLBK (Cinta Lama Belum Kelar)-TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang