Ayana menikmati pemandangan di hadapannya. Wajah polos Rei yang tertidur. Kurang dari tiga bulan lagi, setiap pagi ia akan disuguhkan pemandangan seperti ini.
Ayana tersenyum ketika melihat bibir Rei yang kadang terbuka dan menutup, sesekali tersenyum kecil dan tiba-tiba cemberut memonyongkan mulutnya. Kalau dipinta berlama-lama untuk menatap wajah baby face milik Rei, sepertinya Ayana tak akan pernah bosan.
Rei membuka matanya secara perlahan, ia kaget ketika sosok yang ditunggunya sudah berada di hadapannya.
"Kamu udah pulang?" tanya Rei dengan suara serak.
Ayana mengangguk.
"Jam berapa ini?" tanya Rei sambil melihat jam dinding. "Jam segini kamu baru pulang? Ngapain aja?"
"Banyak kerjaan tadi. Kamu dari kapan di sini?"
"Pulang dari rumah sakit langsung ke sini, mungkin udah hampir tujuh jam," jawab Rei sebal. Ia menggosok-gosok matanya yang terasa berat untuk terbuka.
"Kenapa nggak ngehubungin aku dulu? Kalau tahu kamu mau ke sini, mungkin aku bisa pulang lebih cepet," kata Ayana sambil duduk bergabung di sofa dengan Rei.
Rei melingkarkan tangannya di bahu Ayana. Modus.
"Hape-ku ketinggalan di mobil. Ingetnya udah masuk unit. Pak Ahmad juga udah balik ke Jakarta."
"Ceroboh."
"Kamu masih marah?" tanya Rei.
"Gimana aku bisa marah kalau liat perlakuan manis kamu kayak gini," jawab Ayana sambil tersenyum sangat cantik.
"Jadi kamu udah gak marah?"
"Iya."
Rei mencium pipi Ayana.
"Baguslah. Walaupun aku gak tahu kamu marah kenapa. Udah makan?"
Ayana menggeleng.
"Ya, udah kita makan dulu. Tapi jangan dikira aku yang masak ini semua, ya. Aku beli."
"Iya, tau. Sejak kapan kamu bisa masak," sindir Ayana.
Rei tertawa.
"Aku cuci tangan dulu," kata Ayana sambil melangkah ke arah wastafel.
"Ay, kemarin Stefi datang ke rumah sakit."
"Iya, tau."
"Sudah aku duga, kamu mendadak pulang karena lihat Stefi di ruangan, kan?"
Ayana memilih untuk tidak menjawab pertanyaan dari Rei. Ia masih kesal mengingat kejadian itu.
"Aku bicara banyak sama dia. Salah satunya meluruskan kesalah pahaman."
"Kesalah pahaman apa?" tanya Ayana yang sudah kembali bergabung di sofa dengan Rei.
"Kesalah pahaman yang dibuat sama Mama. Yang jelas, kamu nggak usah khawatir lagi, udah aku jelasin."
"Rei."
"Ya?"
"Aku udah pikirin permintaan kamu tentang kerjaan aku."
"Lalu?"
"Aku mau resign, tapi dengan satu syarat."
"Apa syaratnya?" tanya Rei dengan wajah berbinar.
"Aku mau sekretaris kamu laki-laki."
Rei mendongak. Ia menatap Ayana.
"Ya, aku gak minta sekretaris kamu yang sekarang keluar, yang jelas aku mau sekretaris kamu harus laki-laki."
KAMU SEDANG MEMBACA
CLBK (Cinta Lama Belum Kelar)-TAMAT
RomanceStory ini adalah sekuel dari my sweetest enemy, jadi baca dulu cerita pertama ya! Setelah selesai menyelesaikan studinya dan sukses berkarir di Toronto, Rei memutuskan kembali ke Indonesia. Sang Mama memutuskan pensiun dan menunjuk Rei sebagai pengg...