BONUS CHAPTER 2

8.2K 314 2
                                    

Rasa pegal mendominasi ketika Ayana baru saja membuka mata. Kakinya seperti diikat oleh tambang besar saking sakitnya. Mungkin karena kemarin ia terlalu lama berdiri dan menggunakan sepatu hak tinggi.

Pemandangan pertama yang ia temui adalah sosok Rei yang sedang tertidur lelap di sampingnya.

Saking lelahnya, setelah mandi dan bersih-bersih mereka langsung tertidur, bahkan Rei yang tidur duluan.

Ayana menyunggingkan senyumnya. Ia masih tidak menyangka, Rei yang sangat ia benci dulu, sekarang malah jadi suaminya. Sosok Rei yang kekanakan dam jahil, bisa sangat romantis seperti tadi malam.

Rei menggeliat dan membuka matanya.

"Morning, Honey," ucap Rei serak.

Suara Rei yang bangun tidur sangat seksi.

"Tidur nyenyak?" tanya Ayana.

Rei mengangguk. "Morning kiss, please!"

"Eh!"

"Ayo dong, udah resmi juga, kan?"

Dari pada berdebat, Ayana pun mengecup singkat bibir Rei dan pria itu pun tersenyum puas.

"Kapan kita berangkat?" tanya Rei sambil bangun dari tidurnya, ia duduk bersandar di kepala ranjang.

"Jam satu kita harus udah di bandara."

"Masih ada waktu kalau begitu," ucap Rei sambil melirik ke sebelahnya.

"Iya, ayo cepet! Mama pasti nunggu." Ayana bangun dan berdiri, merapikan bantal dan guling miliknya.

Rei cuma pasang muka cengo. Mama nunggu? Kenapa Mama dibawa juga? Maksudnya apa ini?

"Bangun dong! Aku mau beresin nih." Ayana menarik selimut yang dikenakan Rei.

"Ay, loh kok?"Rei menggaruk kepalanya. Ditunda lagi, Coy!

Tenang, Rei! Sabar, honey moon sudah di depan mata.

***

Ketika Rei turun ke ruang makan, Mama dan Ayana sedang berbicara serius, tapi Rei tak dapat mendengar dengan jelas.

"Ngobrolin apa sih?" tanya Rei sambil mencium pipi mamanya dan istrinya.

"Mau tau aja. Kenapa baru turun?"

"Baru selesai mandi, Mam," jawab Rei sambil mengambil piring, tapi diambil alih oleh Ayana.

Gini ya, enaknya punya istri. gumam Rei.

"Udah packing, Ay?" tanya Mama.

"Udah, tapi punya Rei takut masih ada yang kurang," jawab Ayana sambil menyendokan nasi goreng ke piring milik Rei.

"Nanti kamu cek lagi aja, ya, aku sih udah masukin pakaian selama kita di sana, peralatan mandi pribadi kamu, charger, obat-obatan sama laptop."

"Sediain aja sampo yang banyak," jawab Rei asal.

Ayana melotot.

Mama Diana tertawa.

"Kalian di sana jaga kesehatan, jangan terlalu lama di ruang terbuka, udaranya lagi gak bagus banget," kata Mama.

"Iya, ya, Ma, sayang banget, padahal aku baru pertama kali ke Bali," ucap Ayana kecewa.

"Kamu baru pertama kali? Ya, udah, jangan sedih, mulai sekarang kamu bebas kapan pun mau ke Bali, kalau perlu aku beli vila di sana," kata Rei.

Ayana memicingkan matanya.

"Lagian, Mam, kita nggak bakal sering ke pantai kok, paling banyakin ngamar."

"Hush!" Ayana tak habis pikir, bisa-bisanya Rei bicara seperti itu di depan orang tua.

Memang, sih, Rei itu sangat dekat dengan mamanya, tapi pembahasan yang sangat pribadi seperti ini ....

"Kenapa muka kamu merah? Sakit?" tanya Rei sambil menyentuh kening Ayana menggunakan telapak tangannya.

"Eh, enggak. Mama mau aku ambilin nasi gorengnya?"

"Boleh, Ay."

***

"Kamu ngomongin apa sih tadi waktu sarapan sama Mama?" tanya Rei mengganggu Ayana yang baru saja mencoba memejamkan matanya.

Mereka kini sudah berada di dalam pesawat.

"Yang mana?" tanya Ayana.

"Tadi waktu aku belum datang. Pas aku nimbrung, ngobrolnya udahan."

"Oh, itu. Rahasia wanita dong."

"Pake rahasia segala sih!" protes Rei.

Ayana terkikik. "Kamu penasaran?"

Rei mengangguk manja seperti anak kecil.

"Mama cuma nitip pesen."

"Nitip pesen? Itu doang? Nitip oleh-oleh juga pasti."

Ayana memukul lengan Rei pelan. "Apaan sih?"

Rei tertawa. Jadi cuma itu? Rugi dong, udah penasaran dari tadi.

"Kamu gak penasaran Mama nitip pesan apa?"

"Emang apa?"

"Kalau nggak penasaran, ya udah." Ayana pura-pura akan memejamkan mata lagi. Ia yakin kalau Rei pasti akan bertanya lagi.

"Kasih tahu dong, Ay, kalau gak niat ngasih tahu, jangan bikin penasaran." Rei mencubit pipi kanan Ayana untuk mengganggu tidur istrinya.

"Duh!"

"Kasih tau gak?"

"Iya-iya, tapi jangan nyubit! Sakit tau!"

Rei melepaskan tangannya dari pipi Ayana.

"Mama cuma pesen, jangan nunda punya anak, katanya Mama udah gak sabar nimang cucu," ucap Ayana malu-malu.

"Siap! Laksanakan!" ucap Rei seperti satpam komplek.

"Kamu!" Ayana lagi-lagi memukul pelan lengan suaminya yang belakangan ini bertingkah konyol.

"Tumben, pesawatnya pelan banget jalannya," protes Rei.

"Bukan pesawatnya yang lama, kamu yang gak sabaran!"

"Tuh, peka!"

"Tau, ah!" Ayana kembali memejamkan mata. Dari pada meladeni Rei, bisa-bisa ia berniat terjun bebas dari pesawat.

Bonchap-nya sampai sini dulu, ya.
Terima kasih untuk 23K view -- dan 3,19K like-nya.

Bonchap berikutnya publish kalau view dan like-nya udah makin banyak ya.

Sambil nunggu bonus chapter, boleh dong mampir ke work aku yang lain.
Ada
1. My Sweetest Enemy (Prekuel Rei dan Ayana)
Klik link berikut:
https://my.w.tt/KeNI5ubGqY

2. My Broken Heart (On going)
Klik link berikut:
https://my.w.tt/6RSkXS8FqY

Untuk story Adinda, mau aku rewrite ya, mau segera di unpublish. Jadi, buat dapet notif update-an ceritaku, follow dulu aku wp-ku, ya.

Terima kasih sudah membaca sampai akhir. 😘

CLBK (Cinta Lama Belum Kelar)-TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang