Rei membukakan pintu mobil, mempersilahkan Ayana untuk keluar.
"Thanks."
Tak henti-hentinya senyum Rei mengembang malam ini.
"Langsung ke hotel?" tanya Ayana.
Rei mengangguk. "Iya, besok pagi-pagi banget aku balik ke Jakarta, nggak mampir dulu gak apa-apa, kan?"
"Iya nggak apa-apa kok, hati-hati aja di jalannya. Sampe hotel langsung istirahat, besok harus nyetir 'kan?"
"Ya udah, aku pulang," ucap Rei.
Ayana mengangguk, kemudian melambaikan tangannya dan bergegas berjalan menuju gerbang rumah kosnya.
"Ay." Rei menahan tangan kanan Ayana.
"Ya?" Ayana membalikan badan, kembali menghadap ke arah kekasihnya itu.
Rei memajukan tubuhnya, dan mengecup lembut pipi Ayana.
"Sleep well."
Malam ini sepertinya berkali-kali Ayana merasakan jantungnya hampir copot. Salah satunya ketika di warung daerah Dago, saat Rei menyatakan cinta padanya.
"So?" tanya Rei pada saat itu.
"So ... sis?"
Rei mendengus, berkali-kali Ayana menggantungnya malam ini.
"Perasaan kamu gimana?"
"Aku ...."
"Please, jangan bilang malu lagi! Badan aku udah panas dingin begini."
"Aku juga cinta kamu, tapi gak selama kamu. Aku baru menyadari pada saat prom night," jawab Ayana pada akhirnya.
"Prom?"
Ayana mengangguk. "Waktu Kinan bilang kamu pacaran sama dia, saat Kinan bilang kalau dia suka sama kamu, saat kita berpisah."
Rei mengernyitkan dahinya. "Aku masih nggak ngerti."
"Soal?"
"Waktu itu aku liat kamu pelukan sama Sam, lalu kamu nggak pake gaun yang aku beliin, terus kamu mau berangkat ke prom sama Sam. Padahal kalau semua yang berhubungan sama aku, kamu nggak pernah mau."
Ayana menghela napas panjang. Jadi selama ini mereka diselimuti praduga?
"Aku memang nggak mau berangkat ke prom karena aku kerja, waktu Sam datang ke restoran waktu itu, memang aku mempertimbangkan pergi atau nggak. Jadi aku pergi ke prom bukan karena Sam yang minta."
Rei memerhatikan Ayana yang tengah menjelaskan kesalahpahaman diantara keduanya.
"Aku nggak pakai gaun dari kamu, karena memang tadinya aku nggak akan berangkat, lalu Sam jemput dan gak ada waktu buat ambil gaun ke rumah kamu, jadi aku pake gaun yang dibeliin Sam."
Rei cemberut. Ayana tertawa melihat tingkah Rei yang sedari dulu tak pernah berubah, selalau memonyonkan bibirnya saat merasa sebal.
"Tapi gaun dari kamu masih ada kok, aku simpan baik-baik."
Ayana berharap dengan mengucapkan hal itu tak membuat Rei kecewa. Dan benar saja, terlihat dari raut wajah Rei yang kembali berbinar.
"Lalu, di tengah hujan waktu malam itu, aku lagi nangis karena kebodohan aku, karena ketidakberdayaan aku menyadari ada sesuatu yang lain antara kamu dan aku, Sam datang dan menenangkan."
Rei terlihat sedih, andai saat itu Rei menghampiri Ayana, dan tidak tenggelam dalam pikirannya yang hanya menduga. Mungkin jalan ceritanya akan berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLBK (Cinta Lama Belum Kelar)-TAMAT
RomanceStory ini adalah sekuel dari my sweetest enemy, jadi baca dulu cerita pertama ya! Setelah selesai menyelesaikan studinya dan sukses berkarir di Toronto, Rei memutuskan kembali ke Indonesia. Sang Mama memutuskan pensiun dan menunjuk Rei sebagai pengg...