Baru saja selangkah Hima menggerakkan kakinya, notifikasi yang terus berbunyi dari ponselnya membuatnya berhenti. Merogoh saku rok nya dan mengeluarkan benda pipih itu disana.
Sebuah pesan masuk dari Sarada dan notifikasi dari sosial media lain, Hima memencet pesan masuk Sarada dan menghapus notifikasi lainnya. Ia rasa hanya itu yang penting.
Buka link yang kukirim ini Hima!
*SrdUch send a linkAda apa dengan link itu?
Buka dulu saja!
Himawari mengendikkan bahu, kemudian memilih untuk membuka link itu. Matanya membulat sempurna dikala melihat apa isi dari link yang di kirim Sarada.
"Ba-bagaimana foto ini bisa tersebar? Tidak tidak ini masalah."
Hima segera mendial nomor Sarada pada ponselnya dan segera memencet tombol panggil disana.
"Halo? Kau sudah lihat link yang kukirim?"
"Sudah, bagaimana foto itu bisa tersebar? Tidak ada siapapun disana kala itu." Ucapnya meracau, mulai panik.
"Aku juga tak mengerti, hanya ada kau aku, Chocho juga ya dia disana."
"Bukan bukan, pertanyaannya siapa yang menyebarkan foto itu di media sosial? Kalau Kak Inojin melihatnya bagaimana?"
"Jelaskan saja padanya! Itu kan murni sebuah kecelakaan, aku berani menjadi saksi untuk itu."
"Iya itu semua hanya kecelakaan! Tapi Kak Inojin sangat keras kepala, dia pasti menganggap itu semua sengaja, dia pasti tak mau mendengar penjelasan ku."
"Berdoa saja foto itu tidak sampai pada Kak Inojin, aku sudah berusaha menarik foto itu dari media tapi sangat sulit."
"Sekarang apa yang harus ku lakukan?"
"Bersikaplah seperti biasa saja Hima, seolah tak terjadi apapun oke?"
"Umh, baiklah, besok kita coba urus ini."
Setelah mendapat kata "Ya" dari Sarada sebagai jawaban atas pertanyaannya tadi, saluran telepon pun terputus.
Himawari membuka gerbang dan masuk ke rumah, dengan segala pikiran yang kini berkecamuk.
Sumpah! Itu semua hanyalah sebuah kecelakaan, sama sekali tak ada unsur kesengajaan. Namun tetap saja, rasa panik saat foto itu tersebar tak bisa ia hindari.
Ia hanya berharap satu, semoga Inojin tidak melihat foto itu. Ataupun jika dia melihatnya, semoga ia tak peduli dan mau mendengarkan penjelasannya.
Yah semoga saja.
>>••<<
Inojin menjatuhkan dirinya pada sofa yang berada di sudut kiri ruangannya, posisinya kini berbaring di atas sofa. Menghilangkan penat nya akan setumpuk dokumen sialan yang sedari tadi minta diurusi.
"Haah, selesai juga akhirnya ... "
Dirinya memejamkan manik biru langitnya, berharap bisa tertidur dengan tenang barangkali sepuluh menitan. Namun kurang dari semenit mata itu terpejam, matanya terpaksa harus ia buka kembali setelah mendengar ponselnya berbunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can We Fall In Love? [COMPLETED]
FanfictionKata apa yang tepat untuk hal ini? Kutukan? Atau Anugrah? Jujur! Aku sangat bingung! Aku memang bahagia karena pada akhirnya, sosok yang aku sangat sangat kagumi dari dulu kini menjadi milikku Tapi apakah harus sekarang? Apa yang mama dan papa piki...