Benda pipih berwarna hitam itu tetap tidak lepas dari genggamannya, seluruh permukaan tangan pria itu sudah basah oleh keringat karena terlalu lama memegang ponsel.
Bukannya tanpa alasan dia melakukannya, dia menunggu satu nama muncul sebagai notifikasi di ponselnya namun nama tersebut tak kunjung muncul juga.
Tok tok
Matanya seketika melirik ke sumber suara dan menemukan wajah pemilik nama yang selama ini ia tunggu, tak menunggu apapun lagi, ia membuka pintu mobilnya dan mempersilahkan wanita itu masuk.
"Kenapa lama sekali?"
"Maaf sensei tadi kami ada urusan sebentar, jadi agak lama," ujar Sarada meminta maaf.
"Yasudah tidak apa-apa, kalian mau ikut?"
"Ah tidak perlu sensei kami bisa pulang sendiri kok, jaga saja Hima dengan baik."
Setelah keduanya hanya berbalas senyum, Inojin segera menyusul Hima masuk ke dalam mobil, dan segera melanjutkan perjalanan ke rumah sakit.
"Maaf lama Kak," ujar Hima setelah mobil melaju beberapa meter.
Inojin menggeleng, "Tidak apa, tenang saja."
Himawari hanya mengangguk dan tersenyum tipis, diselimuti kecanggungan luar biasa karena untuk pertama kalinya Inojin sungguh baik terhadapnya membuat lidahnya kelu untuk mengucapkan kata-kata lagi.
Ia lebih memilih memalingkan wajahnya dan menerawang keluar jendela kaca mobil dan menikmati pemandangan yang mereka lewati.
"Ah ya, kapan kau mau mengambil cuti untuk sekolahmu?"
"M-maksud Kakak?" Ujar Hima menoleh.
"Kondisimu ... Maksudku kau tidak mungkin terus sekolah dengan kondisimu seperti ini, kau juga tidak ingin orang-orang mengetahui kondisimu ini kan?"
"Ah iya kau benar, mungkin dua bulan kedepan aku akan berhenti."
Lampu lalu lintas menunjukkan warna merah menyala, saat mobil terhenti, Inojin menatap wajah istrinya itu dengan sendu. Ya dia harus menunda pendidikannya demi kehamilannya.
"Maaf," ujarnya tiba-tiba, "Jika saja malam itu aku tidak melakukannya kau bisa meneruskan sekolahmu."
"Tidak perlu meminta maaf Kak, ini bukan salahmu, lagipula kita sama-sama tidak tahu ini akan terjadi," ujarnya, justru dia berterimakasih akan hal yang dilakukan Inojin malam itu yang membuatnya kini mengandung, karena setidaknya ini menghambat perceraian mereka.
"Setelah aku melahirkan, apa kakak akan tetap menceraikanku?"
Inojin menoleh, tatapan penuh harap dari Hima itu membuat lidahnya kaku untuk mengatakan niatannya untuk tetap bercerai dengannya.
"Tenang saja, aku tidak akan melupakan tanggung jawabku akan bayi itu nanti."
__________________
"Kau tidak perlu khawatir Pak, istrimu baik-baik saja, kondisinya di usianya yang sekarang menyebabkan hal ini terjadi, jadi tolong ya Pak kau harus menjaganya dengan baik."
"Baiklah Dokter, terimakasih."
"Ini beberapa vitamin yang bisa kau tebus nanti di Apotek," ujar Dokter menyerahkan resep dibalas anggukan oleh Inojin.
Setelahnya, Inojin menghampiri Hima yang masih berbaring di ranjang rumah sakit setelah beberapa pemeriksaaan tadi.
"Bagaimana kondisiku Kak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Can We Fall In Love? [COMPLETED]
FanficKata apa yang tepat untuk hal ini? Kutukan? Atau Anugrah? Jujur! Aku sangat bingung! Aku memang bahagia karena pada akhirnya, sosok yang aku sangat sangat kagumi dari dulu kini menjadi milikku Tapi apakah harus sekarang? Apa yang mama dan papa piki...