Ini sudah yang keempat kalinya Himawari selalu absen dalam kelas dan menghabiskan jam pelajarannya di ruang kesehatan. Anggota Kesehatan Remaja yang biasanya menjaganya dan mengobatinya sempat merasa curiga dengan apa yang terjadi.
Karena tidak wajar saja Hima selalu datang dengan keluhan yang sama, pusing dan mual.
Manik biru itu hanya menatap bayangannya yang terlihat samar di teh hangat yang kini dipegangnya. Tangannya kadang-kadang bergerak untuk memijat sedikit kepalanya yang semakin pusing.
"Sebaiknya kau periksakan dirimu ke rumah sakit, aku khawatir. Kau sering kemari dengan keluhan yang sama berulang kali." Saran si anggota kesehatan remaja yang berada di sampingnya.
"Baiklah, aku akan pergi kesana setelah pulang sekolah." Hima mengangguk lemah saat menjawabnya.
"Baiklah, istirahatlah, aku harus ke kelas untuk mengikuti pelajaran, aku akan ke kelasmu dulu untuk memberimu izin."
"Terimakasih, maaf aku banyak merepotkanmu."
"Tidak masalah, banyaklah beristirahat!"
Setelah menulis sesuatu pada selembar kertas dan menyobeknya, dia segera pergi ke luar ruangan untuk menyampaikan izin perihal pasiennya.
Dan Himawari hanya terdiam, dan sesekali menyeruput teh hangatnya. Dan ya semakin menyadari bahwa ia tidak sendirian disana.
"Kurasa menjadi seorang ibu itu tidak semudah perkiraan ku ya?"
>>••<<
"Shitsureishimasu?"
Mata pria itu hanya menelisik dimana sumber suara tanpa menolehkan sedikitpun lehernya, gadis berniat baik itu seketika bergidik dan mulai membayangkan hal-hal aneh tentang pria yang kini menatapnya dengan tatapan niat tak niat. Ya hari ini, Inojin dipanggil kembali ke kelas untuk mengajar untuk dua hari, entah kenapa, dia mengiyakannya begitu saja.
"Umm maaf menganggu, aku mau memberikan izin untuk Uzumaki Himawari. Dia berada di ruang kesehatan karena sakit."
"Kemarilah."
Pelan-pelan, ia melangkahkan kakinya memasuki kelas. Walau itu kelas angkatan dibawahnya, dia tetap sedikit gugup, entahlah aura mengintimidasi dari guru yang ia tau sebagai guru pengganti ini terlalu mendominasi ruangan.
Ia menebak itu, dari sorot mata datar, dingin dan serius milik sang sensei, dan juga ekspresi tegang dari setiap wajah murid di kelas itu. Tanpa membuang banyak waktu, ia hanya berusaha menebar senyum dan memberikan surat izin itu pada tangan berwarna tak wajar yang menerimanya.
"Kau bisa keluar."
"Baiklah." Gadis itu mengangguk, sebelum ia berbalik ia mengingat sesuatu, yang mungkin seharusnya ia sampaikan.
"Ah gommenasai sensei sebelumnya, tapi kurasa aku harus memberitahu ini karena dia muridmu."
"Katakan dengan cepat, aku tak punya banyak waktu."
Sumpah, ingin rasanya gadis itu memberikan banyak sumpah serapah pada pria di depannya. Dia ini manusia atau apasih? Sangat sangat tidak perduli.
"Katakan, kau ingin mengatakan sesuatu?"
"Eh iya maaf, begini, Uzumaki-san sering masuk ke ruang kesehatan dengan keluhan yang sama, dia mual dan pusing, dan itu membuatku khawatir, lebih baik kau sarankan dia untuk pergi ke dokter."
Inojin sedikit terhentak. Kenapa dia lama sekali menyadari ini? Jelas saja itu terjadi, dia sedang hamil kan? Oh ya jelas, tebak, ulah siapa itu? Dirinya sendiri. Bagus sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can We Fall In Love? [COMPLETED]
FanfictionKata apa yang tepat untuk hal ini? Kutukan? Atau Anugrah? Jujur! Aku sangat bingung! Aku memang bahagia karena pada akhirnya, sosok yang aku sangat sangat kagumi dari dulu kini menjadi milikku Tapi apakah harus sekarang? Apa yang mama dan papa piki...