Langit malam yang nampak gelap itu kini dipenuhi dengan kembang api yang saling bersahutan dan bersinar menyinari malam yang gelap menjadi ramai itu.
Ketiga gadis itu menikmati pemandangan itu dibalik suatu kedai yang menjual beberapa camilan sebagai teman untuk menikmati pemandangan seperti ini.
"Kalau saja tidak terlalu ramai, kita bisa ke depan ya?" Ucap Hima sedikit merasa kecewa
"Iya, tapi yah wajar sih kalau ramai, festival ini kan hanya 5 tahun sekali" sahut Sarada
"Ngomong ngomong kemana pacarmu itu? Kok ditinggal?" Tanya Chocho kemudian dengan mulut penuh keripik kentang
"E-eeh? Kenapa jadi bahas kak Inojin sih? Sudah lah lupakan dia, niat ku kemari kan ingin menghabiskan waktu bersama kalian" ucap Hima
"Kok jawabnya agak sewot gitu ya? Kenapa?" Tanya Chocho menggoda Hima lagi, sementara Hima hanya tersipu malu menjawabnya
"Padahal kan di festival kembang api begini, suasana yang sangat cocok dinikmati bersama kekasih, iya kan?" Sahut Chocho kemudian
««◎◎»»
"Kudengar Himawari pergi ke festival kembang api?" Tanya Ino dari dapur dengan tangan yang masih disibukkan dengan memotong sayuran untuk diolah menjadi makan malam hari ini
"Ya, kenapa?" Ucap pria pirang pucat itu tanpa memalingkan wajahnya dari layar laptop didepannya
"Kau tidak tertarik ikut?" Tanya Ino kemudian "Kau kan sangat suka dengan kembang api"
"Ada banyak pekerjaan yang harus ku selesaikan bu" elaknya lagi, sang ayah yang pergi ke Korea selama 2 minggu itu membuatnya harus mengambil alih seluruh pekerjaan ayahnya dan berarti itu menambah pekerjaannya
"Lupakan pekerjaan mu sebentar saja, habiskan waktu dengan Himawari sesekali, dia kan istrimu!" Sahut Ino lagi menghampiri Inojin yang berada di meja makan "Aku yakin, Hima sebenarnya ingin kau punya waktu untuknya"
"Dia tidak berkata begitu" ucap Inojin kembali mengelaknya, walau baru 1 minggu tapi status 'suami istri' itu benar benar tidak berbekas pada mereka berdua
"Tidak semua keinginan harus diutarakan" ucap Ino lagi "Dengarkan ibu" ucapnya menutup paksa laptop didepan Inojin yang membuat Inojin mendongakkan kepalanya pada ibunya
"Ibu, aku belum menyimpannya" ucapnya lagi
"Akan ibu bantu untuk membuatnya lagi" ucapnya datar, Inojin seketika merasa heran dengan nada datar ibunya yang sangat jarang dilontarkan dari mulut wanita ynag telah melahirkan nya ini "Wanita itu akan sangat bahagia jika ada yang memperhatikan mereka, apalagi jika mereka merasa mempunyai suatu pelindung dari segala ancaman"
"Dia bukan wanita, dia gadis jadi jadian" ucap Inojin lagi disambut gelak tawa renyah dari Ino
"Oh ya Tuhan, gadis jadi jadian bagaimana? Jika kau tidak bisa menghormatinya sebagai isterimu, hargai dia sebagai wanita" ucapnya lagi memukul sedikit bahu putranya
"Kan sudah ku bilang bu, dia bukan wanita, dia itu gadis jadi jadian" ucapnya
"Ah! Ibu semakin tidak mengerti jalan pikiran mu!" Ucap Ino lagi kembali bangkit "Kau memang sangat persis dengan ayahmu" ucapnya kemudian dengan senyum terlukis
Sebelum Inojin memberi respon Ino kembali ke dapur memeriksa masakannya, dengan pikirannya yang melayang pada masa lalu, masa dimana pertama kali dia merasa menjadi istri dari seorang pengusaha muda yang sedang naik daun.
"Tapi, aku sangat berharap Hima tidak mengalami apa yang ku alami" ucapnya lagi
««◎◎»»
KAMU SEDANG MEMBACA
Can We Fall In Love? [COMPLETED]
FanfictionKata apa yang tepat untuk hal ini? Kutukan? Atau Anugrah? Jujur! Aku sangat bingung! Aku memang bahagia karena pada akhirnya, sosok yang aku sangat sangat kagumi dari dulu kini menjadi milikku Tapi apakah harus sekarang? Apa yang mama dan papa piki...