Sudah lebih dari lima belas menit yang lalu Hima berusaha menetralkan napasnya namun tetap saja gagal. Berulang kali dia memperbaiki posisi tidurnya, dan sekali lagi memastikan bahwa suaminya itu benar-benar ada di sampingnya.
Kesurupan apa dia sampai pada akhirnya mengizinkan keduanya tidur dalam ranjang yang sama untuk pertama kalinya, secara sadar yang pasti. Tidak karena pengaruh obat apapun lagi.
Dia tidak yakin Inojin sudah terlelap, dia beberapa kali melihat kelopak mata yang tertutup itu seolah berkedip berulang kali. Apa dia juga gugup seperti yang dirasakannya?
Waw, sentuhan itu sangat berpengaruh bagi seorang Yamanaka Inojin hari ini.
Tapi, dia senang memandang wajah terlelap pura-pura itu lama-lama, dia bisa melakukannya sepanjang malam jika perlu. Lampu yang tidak dinyalakan seakan membuat wajah pucat itu semakin jelas terlihat.
Rambut pirangnya yang telah mencapai bahunya, ia gerai dengan bebas. Tapi anehnya, rambut panjangnya itu tidak membuatnya terlihat cantik atau seperti perempuan. Justru, itu menambah aura mempesonanya.
Merasa sedang diperhatikan, tiba-tiba saja, Inojin membuka matanya dan membuat Hima seketika berbalik badan dengan cepat, membuat ranjangnya sedikit bergerak.
Hima kembali menarik sedikit sorot matanya, begitu sadar apa yang dilakukan pria itu padanya. Tangannya terulur dengan sempurna meraih pinggangnya.
Dengan wajah mengantuk, Inojin berkata, "Jangan bergerak tiba-tiba seperti itu, bayimu bisa terluka."
"Kenapa? Kau tidak bisa tidur?" Belum mendapatkan respon apapun, Inojin melanjutkan kalimatnya dengan perkataan ini.
"T-tidak, aku hanya belum mengantuk."
"Ah kau tidak perlu malu begitu sayang, mengaku saja kau tidak bisa tidur karena ada aku di sampingmu iya kan?" Ujarnya, nadanya terdengar seperti orang yang tidak berniat untuk bangun dari tidurnya.
Di setiap sela kalimatnya, Inojin terlihat berusaha dengan keras untuk tetap membuka matanya, namun gagal dengan pada akhirnya dia kembali menutup matanya dan dengan cepat membukanya lagi.
Tidak salah yang ku dengar? Dia memanggilku sayang?
"Kau habis minum atau semacamnya Kak?" Tanyanya.
Inojin menggeleng, "Tidak, aku bersamamu sepanjang hari ini, apa kau melihatku minum?"
Hima menggeleng, benar juga, dari pagi sampai sore dia mengajar sebagai guru pengganti dan sepulangnya Inojin mengantarnya ke dokter. Entah dengan keajaiban macam apa yang mendatanginya, Inojin mampir membelikan makanan favoritnya dan baru pulang pada pukul sembilan malam.
"Kemari, akan ku buat kau bisa tidur," ujarnya berusaha membuka matanya lebih lama lagi.
Hima hanya terdiam, dirasa menunggu cukup lama Inojin menarik tubuh Hima dengan hati-hati hingga membuatnya berbalik kembali menghadapnya.
Ya... Hima tidur dalam pelukan Inojin sekarang.
"Tatap mataku, dan tidurlah," ujarnya sembari mengelus berulang kali punggung Hima.
Seperti terkena sihir Hima menurut dan mulai memejamkan matanya, Inojin tersenyum puas dengan keberhasilannya dan ikut terpejam.
__________
Hari ini, secara spesial jaksa sekelas Nara Shikamaru menyempatkan waktunya mampir ke Shimura Corps. Hanya untuk mendengarkan curahan hati dari teman masa kecilnya.
Ditemani secangkir kopi, mereka berdua duduk santai dalam ruangan Inojin. Shikadai sesekali tertawa mendengar cerita Inojin hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can We Fall In Love? [COMPLETED]
FanfictionKata apa yang tepat untuk hal ini? Kutukan? Atau Anugrah? Jujur! Aku sangat bingung! Aku memang bahagia karena pada akhirnya, sosok yang aku sangat sangat kagumi dari dulu kini menjadi milikku Tapi apakah harus sekarang? Apa yang mama dan papa piki...