Pembuktian

156 17 0
                                    

"Jadi Naruto, ada apa?" Sai bertanya tanpa basa-basi setelah memberikan ramah tamahnya pada besannya itu. Menghidangkan secangkir kopi dengan tangannya sendiri.

"Ah begini, bagaimana aku memulainya ya." Pria bersurai kuning itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, bingung, bagaimana caranya harus mengungkapkan cerita perselingkuhan yang telah dilakukan menantunya itu.

"Tidak apa, katakan saja."

"Boruto bilang Inojin telah berselingkuh dari putriku."

Sai terperanjat, susah payah berusaha menelan kopi yang sudah keburu sampai di penghujung lidahnya itu, berusaha untuk tidak menyemburkannya dengan tidak sengaja demi sopan santunnya.

"Maksudmu? Inojin tidak mungkin seperti itu, Hima bahkan tengah mengandung bayinya." Sai menyanggah, entah apakah niat putranya untuk menceraikan putri besannya itu telah sampai di telinganya atau tidak.

"Tapi putraku juga tidak mungkin berbohong. Ia sangat menyayangi adiknya itu." Baik Naruto dan Sai sama-sama berusaha menahan emosinya, agar perbincangan ini tidak memanas dan berubah menjadi arena bela diri. "Jika memang begitu, aku mau meminta kembali putriku."

"Kau meminta Inojin untuk menceraikannya?" Sai mengetuk-ngetuk jarinya pada lipatan pahanya sendiri, ia dan Ino bahkan sampai menipu putranya supaya perceraian itu tidak terjadi. Tapi apakah rencana yang menyelamatkan mereka di masa lalu tidak bisa menyelamatkan putra mereka di masa kini?

"Iya." Naruto menatap besannya itu, berusaha dengan keras semburat kebencian itu tidak timbul di garis wajahnya. "Jika putramu tidak bisa mengurusi putriku, biar aku saja yang mengurusnya."

"Bukankah kau yang menawarkannya padaku? Walau tahu, baik kedua anak kita akan keberatan dengan pernikahannya?"

Naruto terperanjat, walau tahu keputusan bodohnya ini akan bisa saja diungkit kembali karib lamanya ini, seberbeda apapun Sai setelah bertemu Ino, sisi lama seorang Sai tidak akan pernah bisa hilang darinya.

"Jangan salah sangka, aku menyukai Himawari, Ino pun begitu. Tapi saat kau menawarkan hal itu padaku, aku sudah dengan sangat menyanggahnya, tapi kaulah yang bersikeras membawa putrimu itu sebagai menantuku." Sai menghela napas, sadar kata-katanya ialah sebuah fakta yang menjadi kesalahan, sayangnya Sai memang tidak tahu cerita tentang perselingkuhan putranya itu. Naluri seorang ayahnya membuatnya membela putranya sedemikian rupa.

Naruto mengusap wajahnya frustasi, sadar kebodohannya membawa bencana bagi putri semata wayangnya itu.

"Aku tahu kau berhutang banyak padaku, tapi harga yang kau bayarkan padaku lebih banyak dari hutangmu." Sai menyentuh paha temannya itu, mengusapnya dan tersenyum, yang sebenarnya berniat baik, tapi senyuman Sai tidak pernah berubah. Senyum yang seolah tanpa emosi dan arti itu terukir di wajah pucat pasinya.

"Maafkan aku. Aku akan bicara dengan Inojin, dan jika perkataanmu benar, aku akan kembalikan Himawari dengan baik kepadamu."

"Tidak, maafkan aku, ini semua memang salahku, aku tahu anak itu tidak menyayangi putriku, harusnya aku sadar resiko seperti ini bisa terjadi, tapi aku malah menyalahkanmu."

"Tenanglah." Sai menetralkan kembali emosi serta raut wajahnya. "Aku juga sudah berjanji untuk menjaga putrimu, jika itu tidak terjadi, maka aku juga sudah bertindak bodoh."

"Aku tidak berselingkuh Ayah, itu semua adalah sebuah kesalahpahaman." Suara itu membuyarkan keduanya, mengikuti sumber suara, mendapati topik pembicaraan mereka berdiri tegap di depan pintu ruang kerja ayahnya.

"Tadinya aku kemari mau menjelaskan projekku ini." Ia mengangkat ipad nya sejajar dengan kepalanya itu lalu menurunkannya kembali, "Tapi sepertinya aku harus menjelaskan sesuatu yang lain dulu."

Can We Fall In Love? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang