Part 26

10.9K 448 4
                                    

   Lili sampai di bandara, ia menghela nafas berat entah kenapa rasanya ia tidak mau pergi. Lili melirik kearah jam tangannya, ternyata sudah jam . Lili mengambil ponselnya lalu ia mengirim pesan kepada Rivan, ia merasa bahwa Rivan akan menyusulnya kemari. Lili tidak mau Rivan menyusulnya, karena ini sudah jadi keputusan Lili untuk pergi.

Rivan yang merasa ponselnya bergetar, menepikan motornya sejenak. Lalu ia mengambil ponselnya yang berada disaku celananya. Rivan membaca pesan yang dikirim oleh Lili kepadanya, Rivan menggeleng kepalanya.

Lili Ravenna:

Jangan kejar gua. Karena percuma lo kejar gua, saat lo udah dateng ke bandara gua udah pergi. Lo jaga diri baik-baik, maafin gua yaa. Gua sayang lo Rivan Eldaren.

Rivan mengacak rambutnya frustasi. Bahkan ia berteriak sekencang mungkin, ia tidak peduli banyak orang yang melihat dirinya seperti orang gila.

"Arrrgggghhh!!!" Teriak frustasi Rivan

Kenapa lo pergi, kenapa!! Gua nggak pernah nyuruh lo buat pergi, Lili. Gua juga sayang sama lo, bahkan dihati gua tetep nama lo. Kenapa lo ninggalin gua, apa kesalahan gua juga fatal udah nyuruh lo pergi. Gua nyesel. Batin Rivan

•••••

Hari-hari Rivan kini mulai terasa sepi tanpa ada Lili. Bahkan semenjak Lili pergi malam itu, Rivan selalu diam tidak pernah berbicara. Bahkan jika berbicara hanya seperlunya saja.

Anak CMS yang lain terkadang berusaha untuk menghibur ketuanya namun hasilnya nihil. Galih berjalan menghampiri Rivan yang tengah duduk sendiri seraya memainkan gitar.

"Mau sampai kapan lo kaya gini. Udah tiga hari ini lo kaya gini terus, Van. Jangan cuma gegara cewek lo kaya gini, apa lo nggak liat anak yang lain juga ikut sedih, bahkan anak yang lain butuh lo. Lo itu ketua disini" kata Galih

"Gua tau. Lo nyesel, bahkan gua juga salah sewaktu itu seharusnya gua nggak bohongin dia, tapi gua juga bohongin dia demi kebaikan lo. Karna gua nggak mau lo dibenci dia, gua tau lo sayang banget sama dia, tapi mau gimana lagi semuanya udah terlanjur, Van." Sambung Galih

"Gua cuma pengen dia balik lagi kesini. Ini salah gua bukan salah dia, nggak seharusnya gua nyuruh dia buat pergi, gua nyesel." ucap Rivan seraya menatap kosong kedepan

Galih menghela nafas "Lili ibarat merpati, Van. Sekalinya lo bebasin merpati itu pergi, dia bakal pergi jauh dan nggak akan kembali, kecuali dia berniat untuk kembali lagi kepemiliknya. Tapi gua yakin, sejauh apapun diantara kalian jauh suatu saat kalian bakal balik."

"Lo jangan mikir kalo Lili nggak bakal balik. Mungkin dia cuma butuh waktu sendiri, percaya sama gua." sambung Galih seraya menepuk bahu Rivan

"Makasih lo udah mau nasehatin gua, Gal." ucap Rivan

"Oke. Tolong lo jangan kaya gini, anak yang lain juga butuh lo. Gua yakin ko Lili bakal balik kesini."

Rivan mengangguk. Ia menyalakan ponselnya, wallpaper ponselnya masih foto Lili yang tengah tersenyum manis. Ada rasa sesak dan rindu terhadap Lili, sekarang Rivan menyadari bahwa Lili lah yang cewek yang mampu membuatnya jadi tergila-gila.

Rivan menatap jam tangan yang Lili kasih. Bahkan ia sudah membaca isi surat yang Lili tulis untuknya, saat Rivan membacanya ada rasa sesak yang begitu hebat dihatinya entah kenapa. Rasanya ia tidak rela jika Lili pergi, ia juga tidak tahu apa Lili akan kembali atau tidak.

"Lo semua laper nggak!!" Seru Rivan

Anak yang mendenger seruan Rivan langsung menoleh.

"Wihh kebetulan gua laper, Ketua." celetuk Fazan

RIVANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang