Mata cantik itu terbuka, memperlihatkan manik mata yang indah. Ia melihat kearah sekitarnya, ia tidak tahu tengah berada dikamar siapa. Seingatnya ini bukan kamar miliknya, pintu kamar terbuka, Lili mengerutkan dahinya saat melihat bi Iyos masuk kedalam kamar. Wanita paruh baya itu berjalan mendekat ketepi tempat tidur.
"Bi Iyos ??" Ucap Lili
"Sudah sadar ya, Non, ini bibi bawain teh jahe." bi Iyos menaruh nampan dimeja
"Bi, saya ada dimana ?" Tanya Lili
"Non itu ada dirumahnya den Rivan. Tadi non pingsan, terus den Rivan bawa kesini. Tau nggak non, bibi baru kali ini liat Aden sampe panik banget karena non Lili. Tadi juga bibi yang gantiin pakean non Lili." kata bi Iyos
Lili diam. Entah apa yang ia pikirkan saat ini yang jelas kepalanya masih sangat pusing. Bi Iyos menatap Lili yang seperti merasa kesakitan kepalanya.
"Kalo non masih pusing tidur lagi aja, ini juga udah malem. ucap bi Iyos
"Bi, Rivan dimana ?" Tanya Lili
"Den Rivan ? Ada lagi kumpulan sama anak yang lain dihalaman belakang. Apa perlu bibi panggilin den Rivan ?" Ucap bi Iyos
"Nggak usah, biarin aja." ucap Lili
"Kalo gitu saya tinggal ya, Non. Istirahat aja kalo masih pusing ya, oh iya jangan lupa diminum teh jahenya." bi Iyos tersenyum
"Makasih, Bi, maaf kalo ngerepotin."
"Nggak papa, iyaudah Bibi permisi ya, kalo ada apa-apa panggil aja."
Lili mengangguk, bi Iyos keluar dari dalam kamar. Lili melihat keseliling kamar, rapih dan bersih. Ada beberapa gambar lukisan juga figuran foto keluarga Rivan. Lili berjalan kearah foto keluarga Rivan. Terlihat Rivan tengah berdiri disebelah kiri mamahnya dan papahnya disebelah kanan mamah Rivan.
"Istirahat lagi!"
Suara Rivan membuat Lili menoleh. Tatap mata mereka bertemu, Rivan memandang Lili yang tampak masih pucat. Lili langsung membuang muka kearah lain. Rivan berjalan kearah Lili, sontak membuat Lili mundur selangkah. Tangan Rivan menyentuh dahi Lili, dahi Lili sangat panas.
"Tidur. Lo belum pulih." Rivan menarik tangan Lili menuju kasur
Rivan membaringkan tubuh Lili kembali ke kasur. Lalu Rivan juga menyelimuti tubuh Lili. Lili diam saat Rivan memperlakukannya seperti itu. Rivan menoleh kearah meja melihat ada teh jahe.
"Kenapa nggak diminum."
"Haa!! Iya nanti gua minum."
"Sekarang!" Rivan menyodorkan gelas kearah mulut Lili
Lili menghela nafas. Ia merasa sedikit lega saat sudah meminum teh jahe, tubuhnya kembali hangat.
"Kata bi Iyos. Lo lagi kumpul sama anak yang lain, tapi kenapa lo kesini ?" Tanya Lili
"Kenapa ? Nggak boleh gua kesini."
"Bukan begitu, harusnya lo sama mereka aja, gua nggak papa.
"Oh gitu."
Rivan melangkah keluar kamar. Namun saat ingin keluar dari kamar. Lili memanggilnya kembali, langkah Rivan terhenti.
"Makasih, maaf gua ngerepotin lo." ucap Lili pelan
Lo masih tanggungjawab gua. batin Rivan
Rivan mengangguk lalu keluar. Lili hanya menatap nanar punggung Rivan. Entah kenapa tiba-tiba saja hatinya kembali merasakan sesak saat Rivan diam tidak meresponnya. Lili menghela nafasnya, lalu ia membaringkan tubuhnya dan memejamkan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIVAN
Teen FictionMenjalin hubungan dengan Lili, tidak mudah untuk hubungannya berjalan mulus. Rivan Eldaren, cowok yang terkenal dengan sikap dinginnya, mulai menjatuhkan hatinya untuk Lili Ravenna. Cewek cantik yang cukup populer di SMA 1 Cendrawasih. "Seluruh seme...