Fia meletakkan kepalanya di meja. Memejamkan matanya. Gadis itu tidak bisa memahami apa yang diterangkan oleh guru fisika itu. Tiba tiba tangan seseorang mendarat di kepalanya, mengelus pelan rambut Fia.
Fia tau itu Nathan, siapa lagi? Pasalnya dia satu bangku dengan Nathan. Ia pun memutuskan untuk membuka matanya. Ia melihat sosok lelaki yang menjadikannya prioritas utama dari yang lainnya.
Sebenarnya Fia juga menyukai Nathan, tapi itu tidak mengarah ke perasaan cinta. Lebih sebagai saudara sedarah.
"Kenapa?" Nathan menghentikan belaiannya dikepala Fia lalu mengusap dahi Fia dengan jempol nya.
"Gak ngerti" jawab Fia sambil menunjuk ke buku yang berada di meja. Gadis itu mengerucutkan bibirnya kesal.
"Eh Nat, gue kembaliin jaket lo besok ya? Udah gue cuci kok" Fia mengingat tentang kejadian saat ia diantar pulang Nathan, jaket hitam yang diikat di pinggang Fia. Padahal sudah 1 minggu yang lalu.
"Jangankan besok, simpen selamanya juga gue rela" kata cowok itu membuat Fia tersenyum.
Nathan pun mulai mendengarkan bu Anjani yang sedang menulis di papan tulis. Berbeda dengan Fia, cewek itu malah menyumbat telinganya dengan earphone dan memutar musik di playlist nya.
××
"Mama!! Fia pulaang!" Seperti biasa, gadis tak tau sopan santun itu berteriak lalu masuk ke kamarnya. Saat di tengah tengah tangga, ia menemui adiknya yang sedang memainkan ponselnya. Gadis itu menoyor kepala adiknya itu.
"Woi, rapi amat mau kemana lo?" Fia tertawa kecil melihat penampilan adiknya yang agak kece itu.
"Mau keluar, diajak abang" katanya sambil menjulurkan lidahnya.
"Dih, sombong" Fia langsung lari ke kamarnya. Berhubung disebelah kanan kamar Fia adalah kamar Ferrel, jadi ia bertemu dengan kakaknya itu.
"Bang, mo ngajak Irfan kemana sih?" tanya Fia penasaran.
"Ketemu calon kakak ipar" bisik Ferrel ke telinga Fia. Gadis itu mengernyit dan bertanya dalam hati.
Ferrel tidak peduli dengan Fia yang kebingungan, ia pergi begitu saja dengan Irfan adik bungsu nya. Fia hanya mengedikkan bahunya dan berlalu ke kamarnya, mengganti bajunya.
"Fiaa!!" belum sempat mengikat rambutnya, mama Fia sudah memanggil.
"Iya maa!" jawab Fia sedikit kesal.
"Nanti bang Ferrel sama Irfan nginep dirumah Leo, mama sama papa mau pergi lagi. Ada acara di Medan, mungkin sampe 1 minggu an. Jadi nanti kamu urusin apa apa sendiri ya?"
"Yaudah Fia ke apartemen aja. Hati hati ya maa" Kata Fia mengambil kunci mobilnya. Ya, sekarang Queen sudah ditangan Fia, masa sitaan sudah habis, jadi mulai sekarang Fia bebas kemana saja.
Sudah lama Fia tidak kencan dengan Queen. Dan sudah lama ia tidak bertemu Reyfan. Tiba tiba saja Reyfan muncul di kepala Fia. Entah mengapa, Fia rindu setelah beberapa hari tidak berjumpa dengan pria mesum itu.
××
Fia meneguk segelas sunrise tequilla nya. Sudah lama ia tidak meneguk air keras seperti itu. Karena mobilnya disita, ia jarang menghabiskan waktu di club malam. Walaupun Fia masih 18, dia berkenalan baik dengan orang orang disana. Awalnya dia pertama kali pergi ke club dengan Leo, sepupunya. Hingga saat itu, Fia dilarang pergi bersama Leo lagi.
Gadis itu sudah menghabiskan dua gelas minuman. Tanpa disadari pria botak disebelahnya memperhatikan, tato di sepanjang lengan pria itu. Fia menepis tangan pria tadi yang siap menggerayangi tubuh gadis itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
ILEY
Teen Fiction"I love you" "Dih, sarap" "Makasih sayang, makin cantik aja lo" "Sakit jiwa ya lo?" "Ngga, selama lo baik baik aja" "Lah?" "Because you're my soulmate" "Sinting" "Yea because of you, you're always making me horny" "SUCH A PERVY IDIOTIC ASS!!" ~ILEY...