"Suatu hari, kau datang padaku seperti sebuah mimpi, Kau menggetarkan hatiku, Aku tahu bahwa itu takdir" Always~Yoon Mirae Ost Descendants of the Sun
Anissa Aurellia ThomasPagi ini, semua siswa baru berkumpul di lapangan depan Archipelago High School. Ketua osis dengan mengenakan setelan seragam panitia berdiri di depan standing mic siap memberikan sebuah pengumuman.
"Guys, nggak kerasa ini udah hari ke-enam kalian mengikuti MOS. Untuk puncak acara, seperti tahun-tahun sebelumnya kita akan mengadakan One Day Camp. Ini wajib bagi seluruh siswa baru tanpa terkecuali," ucapnya dengan gaya cool membuat para juniornya semakin melting.
"Kalian wajib kumpul di Griya Kebun Archipelago High School jam tiga sore nggak kurang dan nggak lebih! Kalau sampai ada yang telat, kalian akan tahu sendiri akibatnya!" tegasnya di ujung kalimat.
"Satu lagi. Khususnya buat para cewek. Nggak usah kayak mau pindahan pake bawa 2 koper, bantal, guling, boneka segala macam dibawa. Inget! Ini bukan acara tamasya," tambah Billy menelik ke pengalaman sebelumnya banyak siswi yang membawa perlengkapan seperti mau camping selama sebulan.
"Sebelum kalian balik ke rumah masing-masing buat prepare acara nanti sore, kalian lihat mading dulu. Disana ada pembagian kelas sekaligus pembagian kelompok buat acara camping. Untuk pembagian kelas, itu sudah permanen dan tidak bisa diganggu gugat karena keputusan itu dibuat langsung oleh kepsek, jadi kalian nggak boleh protes."
***
"Girls, mau balik apa mau liat madding dulu nih?" tanya Maudy kepada kedua temannya yang tengah asik mengutak atik ponsel mereka masing-masing.
"Gue kayaknya balik dulu deh, kalo kalian mau liat mading dulu it's ok tapi gue harus balik duluan," jawab Anissa.
"Ok deh Sa, loe balik duluan aja ntar biar gue sama Zana yang ngeliat mading abis itu gue share ke loe."
"Ayo Za." Maudy menarik tangan Zana yang sejak tadi masih fokus melihat ke layar ponselnya.
"Yaudah gue balik dulu ya," ucap Anissa sambil melambaikan tangan kepada kedua sahabatnya.
"Hati-hati Sa!!" seru Maudy.
Maudy memperhatikan langkah Anissa yang semakin lama semakin tidak nampak di matanya. Kemudian Maudy kembali menoleh kepada Zana.
"Astaga nih anak dari tadi fokus amat sih. Ada apaan sampe Anissa cabut loe nggak say goodbye malah ngutak atik hp mulu, etdaah...," heran Maudy kepada gadis berambut pirang dengan panjang sebahu yang berada tepat di sampingnya.
"Busettt... nih anak bener-bener ya. Gue ngoceh dari tadi dikacangin. Apaan sih?" Maudy mencoba menilik ke layar ponsel Zana. "Wanna One nggak jadi disband?" ucapnya setengah tidak yakin dengan perkataannya sendiri.
"Dy, liat deh." Zana membagi pandangan dengan Maudy untuk bersama-sama menatap ponsel yang berada di genggamannya.
Mata Maudy terbelalak kaget, dia was-was jika tebakannya memang benar. "Ehh, beneran nggak jadi disband?" ulangnya setengah ragu.
"Ihh apaan sih lo, bukanlah. Ini itu bukan soal Wanna One. Liatin nih," ujar Zana.
"Yaampun Zana... Gue kira apaan tau!" decak Maudy kesal.
"Ihh liatin, ini tuh something daebak tau nggak."
"Alah kayak gituan doang juga."
Maudy terdiam sesaat lalu mengarahkan kedua matanya kepada Zana yang tanpa lepas menatap layar ponselnya. "Loe suka ya sama Rizky?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Second Boyfriend [Completed]
Teen FictionKisah seorang fangirl yang begitu mengidolakan biasnya. Bagaimana jadinya jika seorang Anissa Aurellia Thomas yang selama ini sibuk dengan dunianya sendiri terlibat dengan seorang cowok yang super songong? Apa yang akan terjadi jika cowok tersebut t...