My Second Boyfriend

211 8 0
                                    

"Yang aku inginkan sangatlah sederhana, yaitu 'kamu' 'kamu' 'kamu'" Wanna Be~Wanna One
Rizky Reynaldi Pratama

Anissa berdiri di samping jendela kaca kamarnya. Sore ini hujan gerimis membuat gadis itu terkurung di dalam rumah. Ia tidak bisa pergi kemana-mana karena Iqbal telah pulang.

Anissa memandang rintikan air yang turun dari langit. Terasa begitu damai ketika mendengar suara gemercik air. Pandangan Anissa kosong. Rasa sepi mulai menggerogoti dirinya. Di bawah kesadarannya, Anissa menekan tombol panggil di kontak Rizky. Ketika menyadari hal itu, dengan cepat Anissa mematikan panggilan. Beruntung karena pemuda itu tidak mengangkatnya. Namun beberapa detik kemudian, ponselnya berdering. Anissa bingung, akhirnya ia memutuskan untuk menerima panggilan itu.

"Halo," sapa suara di seberang sana.

"Oh hai," jawab Anissa gagap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Oh hai," jawab Anissa gagap. Ia benar-benar merutuki kebodohannya sendiri.

"Loe tadi nelpon gue, kenapa?"

"Hah? Masa sih? Gue tadi nelpon loe?" Tentu saja Anissa mengelak. Bisa-bisa pemuda itu merasa besar kepala jika ia memberi tahu yang sebenarnya.

"Yaelah, gue kirain loe beneran nelpon gue karena loe kangen sama gue."

...

Anissa diam, matanya masih memandang ke arah luar jendela. "Mmm ... "

"Hah? Gue nggak salah denger 'kan? Loe di sana aja oke. Jangan ke mana-mana?"

Anissa membelalak lebar. Ia tidak sadar dengan apa yang diucapkan. Tunggu, tadi hatinya 'kan yang berbicara? Atau justru mulutnya? Benar hatinya 'kan? Tolong jawab iya!

"Halo, Ky? Halo?" Anissa panik. Sambungan telepon telah terputus dan ia tidak menyadari itu. Tidak mungkin 'kan Rizky akan ke sini seperti apa yang pernah ia bilang? Iya itu tidak mungkin, secara kan pemuda itu sedang berada di U.S jadi meskipun tadi itu mulut Anissa yang bicara Rizky tidak akan lari ke sini. Pasalnya dulu Rizky pernah berkata kepada Anissa bahwa jika suatu saat ia rindu, maka pemuda itu akan berlari ke arah Anissa untuk menemuinya secara langsung.

Tok tok tok ...

Suara pintu kamar Anissa diketuk oleh seseorang. Itu pasti Mbak Ranti, karena di rumahnya tidak ada orang lain lagi kecuali ia dan Mbak Ranti.

"Kenapa Mbak?" tanya Anissa setelah membukakan pintu kamar.

"Ada yang nyari Mbak Anissa."

Jantung Anissa saat itu juga berdegup kencang. Otaknya selalu menepis bahwa kemungkinan yang datang adalah Rizky karena memang tidak mungkin Rizky terbang dari U.S kembali ke Jakarta hanya untuk menemuinya.

Anissa segera turun ke lantai bawah. Ia mendapati seorang sedang duduk di sofa. Anissa bernapas lega karena itu bukan Rizky. Berarti tadi sambungan telepon terputus karena memang sinyalnya saja yang jelek. Maklum cuaca sedang tidak baik. Anissa duduk di sofa. Ia menatap sebuah kotak yang berada di depannya. Ya, tadi adalah seorang pengantar paket yang mengantarkan paket untuknya. Anissa membuka kotak itu. Ia meraih kertas yang berada di dalamnya.

My Second Boyfriend [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang