"Aku bahkan tidak mengucapkan terima kasih, Tapi inilah cinta" A Love Before~Jeong Eun Ji
Anissa Aurellia ThomasCahaya matahari pagi mulai menampakkan kilatan sinarnya. Dari celah-celah kain penutup cermin tersebut, sinar itu membuat seseorang menggeliatkan badannya. Berguling ke sana ke mari hingga tidak sadar bahwa dirinya sudah berada di tepi ranjang.
“Awhhh ....” Anissa memegangi bagian pantat yang terbentur dengan kuat di atas lantai. Gadis itu sedikit demi sedikit mulai mendapatkan kesadarannya.
Anissa menengokkan kepalanya ke samping kanan-kiri secara bergantian, hingga matanya berhasil menemukan benda yang sedari tadi bergetar mengusik pendengaran.
“Hmm, ya halo,” ucapnya masih dengan suara khas orang bangun tidur.
“Mmm, ya ampun Za, ini masih pagi banget dan loe berhasil bikin gue bangun. Thank you loh ya.”
“APAA?!” Detik itu juga, Anissa mengecek pukul berapa saat itu. Dan benar saja yang dikatakan Zana.
Pukul tujuh tepat guys. Itu artinya tinggal tiga puluh menit lagi gerbang Archipelago akan ditutup. Oke, dengan langkah yang terburu-buru Anissa melonjak menuju kamar mandi. Bahkan ia sampai tersandung dengan kakinya sendiri karena tidak berhati-hati.
Setelah menghabiskan waktu yang cukup singkat di kamar mandi, berkisar sekitar lima menitan, Anissa berdiri di hadapan cermin, menyisir rambutnya tanpa berniat mengikat atau menambahkan hiasan di atasnya lalu mengenakan sneakers dan mengambil tasnya.
Sial, secepat apapun gadis itu berusaha agar tidak terlambat tapi nyatanya ia justru berdiri di depan gerbang yang sudah tertutup dengan rapat. Aah ... ini faktor dari menunggu ada kendaraan yang lewat begitu lama, belum lagi ditambah terjebak macet karena berbarengan dengan orang yang akan berangkat kerja.
***
Di sinilah sekarang Anissa berada, di tengah lapangan berkumpul dengan anak yang terlambat lainnya setelah tadi dipersilahkan untuk masuk oleh guru yang bertugas sebagai guru piket. Saat sudah diperintahkan untuk memunguti sampah sejumlah dengan jumlah angkatan mereka, Anissa segera berjalan menuju ruang OSIS untuk mencari data siswa di angkatan tahunnya.
“Kak, bisa minta data siswa angkatan tahun ini?” tanya Anissa kepada Billy yang ternyata berada di dalam ruang tersebut.
“Buat apa?”
Anissa menunjukkan cengiran khasnya sebelum berkata, “Disuruh sama guru piket tadi, Kak.”
Melihat ekspresi ketidakmengertian Billy, Anissa segera menjelaskan tentang alasan dari dirinya yang meminta data tersebut. Tanpa menunggu lama, setelah mendapatkan data yang ternyata jumlah siswanya beratus-ratus, Anissa segera kembali ke lapangan untuk memunguti sampah sebanyak jumlah siswa seangkatannya.
Dengan bermodalkan tong sampah, gadis itu mulai berjalan jongkok sambil mengambil sampah-sampah yang berserakan.
“Sa?” Anissa menghentikan gerak tangannya untuk mengambil sampah di depannya setelah sebuah suara yang menyebutkan namanya.
Lantas Anissa mendongak karena posisi orang di hadapannya berdiri.
“Loe ngapain deh mungutin sampah kayak gituan, kotor tau. Diri!” titahnya yang ternyata itu adalah Rizky. Rizky sedang berada di lapangan dengan teman satu tim basketnya untuk latihan pagi ini.
Anissa berdiri, sambil menepuk-nepukkan tangannya berusaha menghapus jejak kotoran yang tertinggal di telapak tangan.
“I was coming late dan see? Gue sekarang lagi dihukum.”

KAMU SEDANG MEMBACA
My Second Boyfriend [Completed]
Teen FictionKisah seorang fangirl yang begitu mengidolakan biasnya. Bagaimana jadinya jika seorang Anissa Aurellia Thomas yang selama ini sibuk dengan dunianya sendiri terlibat dengan seorang cowok yang super songong? Apa yang akan terjadi jika cowok tersebut t...