"Tokoh utama dalam kisahku itu adalah dirimu, Jangan lupakan itu" Gold~Wanna One
Rizky Reynaldi PratamaMata pelajaran dari Bu Diana telah usai meninggalkan jejak tugas pada buku paket yang berjumlah dua puluh soal. Dua puluh soal bagi siswa yang anti dengan matematika akan terasa dua kali lipat lebih banyak. Mata seolah akan rabun begitu melihat rentetan angka dan rumus-rumus matematika.
"Ntar pulang bareng ya," kata Rizky membalikkan badannya ke belakang. Saat ini ia memposisikan ke arah bangku Anissa yang berada di belakangnya.
"Nggak," jawab Anissa tanpa berpikir panjang. Ia tidak begitu mempedulikan Rizky dan lebih memilih untuk melihat tugas yang baru saja diberikan oleh Bu Diana.
"Kenapa sih loe selalu nolak gue ajak pulang bareng?"
"Nggak ada alasan juga buat gue bilang iya kalo loe ngajak balik bareng," ucap Anissa datar. Ia masih dengan posisinya semula, membaca buku paket matematikanya.
"Apa alasan pacar kurang buat loe balik bareng sama gue?" Rizky menekankan kata pacar pada kalimatnya barusan.
"Loe tahu persis alasan kita berstatus sebagai pacar karena apa." Kali ini Anissa menatap Rizky, walau hanya sepersekian detik sebelum kembali fokus pada buku paket.
Rizky manggut-manggut mendengar kalimat dari Anissa. Benar, ia masih ingat betul bagaimana ia bisa jadian dalam kurun waktu enam hari setelah kenal.
"Loe marah sama gue karena kemarin gue ninggalin loe?"
Anissa dibuat memanas. Ia menutup bukunya dengan kasar. Siapa yang tidak marah jika seseorang memaksa mengajak pulang bareng tetapi setelah itu justru disuruh untuk pulang sendiri naik taksi dengan tanpa alasan satu kata yang terucap? Buru-buru? Cih!
"Menurut loe?!" ucap Anissa setengah berteriak. Hal itu mengundang tatapan-tatapan aneh dari seisi kelas X A1. Anissa sendiri tidak lagi peduli akan hal itu. Bodo amat atas apa yang teman-temannya saksikan.
"Shutt, diem woi!" kata Aksa, sang ketua kelas dari bangku depan.
"Loe yang diem! Nggak usah ikut campur!" bentak Anissa. Dengan emosi yang sedikit memuncak, Anissa keluar dari kelas meskipun masih ada jam pelajaran berikutnya yang harus ia ikuti. Gadis itu tidak peduli. Ia memilih untuk menenangkan diri dengan pergi ke toilet, lalu ia akan menemui Miss Nada untuk ujian susulan kembali.
***
Anissa menghabiskan waktunya di jam pelajaran kedua dengan berada di ruangan Miss Nada. Lima belas soal fisika cukup membuat kepalanya berdenyut nyeri. Entah ini efek dari emosinya tadi atau karena soal ulangan fisika.
Anissa memutuskan untuk pergi ke kantin sekedar membeli minuman segar. Setibanya di kantin, ia membeli sebotol minuman jeruk yang sudah didinginkan di dalam lemari pendingin. Cukup segar untuk menghilangkan dahaga dan mendinginkan kepala.
Anissa menghampiri segerombol anak X A1 yang berada di kantin pada saat itu. Meski setengah malas karena ada sosok yang telah membuat moodnya rusak, ia tidak peduli. Anggap saja dia tidak ada dan cukup menghiraukannya, bukan? Dengan begitu maka masalah akan selesai.
Setelah Anissa bergabung tidak ada perbincangan di antara ketujuh anak tersebut. Semuanya bungkam. Sesekali mata mereka melirik ke arah Anissa dan Rizky secara bergantian.
"Kalian lagi marahan ya?" celetuk Al asal. Sebenarnya niat pemuda itu baik. Ia hanya ingin sekedar mencairkan suasana yang tiba-tiba berubah menjadi tegang. Tapi sayang, niat baiknya justru mendapat sorot tajam dari Maudy, Zana, Raka, dan Rendy.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Second Boyfriend [Completed]
Teen FictionKisah seorang fangirl yang begitu mengidolakan biasnya. Bagaimana jadinya jika seorang Anissa Aurellia Thomas yang selama ini sibuk dengan dunianya sendiri terlibat dengan seorang cowok yang super songong? Apa yang akan terjadi jika cowok tersebut t...