First Date

167 8 0
                                    

"Senyummu seperti sinar matahari, Itu memungkinkanku untuk bernafas. Aku bisa merasakannya meski aku tak bisa melihatnya" I'll Remember~Wanna One
Rizky Reynaldi Pratama

Anissa melepas seatbelt lalu keluar dari dalam mobil. Rizky pun mengikuti gerak gerik Anissa. Sementara Anissa, gadis itu masih terus berjalan semakin menjauh dari tempat mobil tadi berhenti.

“Sa, loe mau ke mana sih!” Rizky meraih tangan Anissa. “Gue anterin aja ya?”

Anissa memutar tangannya, membuat tangan Rizky berada digenggamannya. “Ikut gue.”

Rizky semakin bingung. Langkahnya diseret mengikuti arah gerak kaki gadis di depannya itu. Pertanyaan-pertanyaannya pun tidak ada yang dijawab Anissa. Sampai keduanya sampai di sebuah taman? Entahlah, tempat itu terlihat seperti sebuah halaman luas dengan rumput hijau sebagai alasnya.

“Kita ngapain ke sini Sa?”

Anissa menarik napas dalam-dalam, sedetik kemudian dihembuskannya tarikan napas itu. “Kita di sini dulu ya, lagian ini belum terlalu malam buat balik.”

“Tapi mau ngapain di sini? Mending kita pergi nonton, mall, atau ke kafe gitu.”

“Di sini lebih enak. Sini deh.” Anissa merebahkan tubuhnya di atas rerumputan itu. Menatap langit tanpa celah. Langit malam ini begitu indah, ribuan bintang tertabur di atas sana.

“Sa, Sa ... Sa itu kotor. Duduk ih!”

“Enggak Ky, ini tuh bersih. Sini deh ikut tidur. Cantik banget tau langitnya.” Gadis itu membentuk sebuah persegi panjang dengan kedua ibu jari dan kedua telunjuknya. Membingkai langit dengan kedua jari tangan.

“Bangun Sa, kalo ada kotoran ayam gimana? Nanti rambut loe rusak, baju loe kotor, badan loe sak—“

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Bangun Sa, kalo ada kotoran ayam gimana? Nanti rambut loe rusak, baju loe kotor, badan loe sak—“

“Diem deh, lebay banget sih.”

Rizky hanya bisa membuang napas kasar. Dengan berat hati ia membiarkan Anissa melakukan hal itu. Meskipun dalam hati, ia sendiri risih melihatnya.

“Ky ... ”

“Hmm.”

“Maaf.”

“Kenapa minta maaf?”

“Gue selalu bersikap seenak sendiri tergantung sama mood.”

“Ya kan loe emang gitu.” Anissa mengerucutkan mulutnya kesal. Tapi untuk kali ini, ia harus bisa mengendalikan mood-nya. Jangan sampai ia kembali terpengaruh, dan justru mood-nya lah yang akan mengendalikan dirinya.

“Makanya itu, sebelum terlalu jauh—, loe mending lepasin gue. Lagian juga di luar sana masih banyak cewek yang lebih cantik, lebih baik—.”

Rizky menolehkan kepalanya dengan cepat. Menatap tajam Anissa karena ucapannya barusan. “Nggak usah ngelantur kalau ngomong.”

My Second Boyfriend [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang