Jemputan

186 15 0
                                    

"Hidup adalah tentangmu, Selalu saja tentangmu, Sepertinya kau adalah candu bagiku" Kasmaran~Jazz
Rizky Reynaldi Pratama

Mentari datang menampakkan sinarnya dari ujung ufuk Timur. Masih dapat terdengar beberapa kicauan burung di pagi hari, yang tidak lain adalah burung peliharaan yang ada di rumah Anissa. Memang di kota metropolitan ini tentu bukan hal baru jika sudah jarang terdengar kicauan burung di pagi hari. Lain halnya dengan kondisi di suatu daerah yang masih asri, belum terlalu banyak polusi disana-sini.

Pagi ini Anissa bertekad untuk bersiap lebih awal. Ia tidak mau jika harus mengulang keterlambatannya seperti kemarin. Mungkin memang kemarin dirinya bisa lolos dari hukuman karena masih hari pertama aktif setelah kegiatan MOS, tapi jika hari ini ia harus terlambat sudah dapat dipastikan bahwa ia akan mendapat hukuman.

Anissa menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa. Ia dapat melihat Mamanya sedang menunggunya di meja makan.

"Mah, Anissa berangkat ya," ujar Anissa menghampiri sang Mama sambil izin berpamitan.

"Loh loh, kamu kok buru-buru amat. Ini baru jam setengah tujuh lo Sa," kata Mama Ira terlihat bingung melihat anak gadisnya itu.

"Iya Mah, tapi Anissa nggak mau telat untuk yang kedua... eh maksud Anissa, Anissa nggak mau telat di hari kedua ini." Anissa nyengir menyadari bahwa dirinya hampir saja keceplosan.

"Sarapan dulu lah, ini udah disiapin loh sama Mbak Ranti."

"Ah udah nggak kekejar Mah, nanti aja kalo sempet Anissa makan di kantin."

"Nggak baik loh Sa makan jajan sembarangan."

"Anissa berangkat dulu Mah, assalamualaikum." Anissa ngeloyor pergi meninggalkan sang Mama yang tengah menasehati.

Gadis itu membuka pintu rumah. Matanya membulat lebar mendapati sosok yang kemarin mengantarkannya pulang.

"Loe kok disini, ngapain?"

"Jemput loe lah, masa jemput Mamah," jawabnya dengan santai.

"Ohh syukur deh, kalau gitu gue nggak perlu repot-repot mesen taksi online."

Rizky turun dari jok motornya. Ia menghampiri Anissa yang masih berdiri di depan pintu. Tiba-tiba pemuda tersebut duduk berjongkok di hadapan Anissa.

"Eh loe ngapain?" sergah Anissa yang kelihatan bingung.

"Loe tuh ceroboh banget sih, pakai sepatu tanpa diikat talinya. Kalau loe sampai jatuh gimana?" ucap Rizky sembari mengikatkan tali sepatu milik gadisnya.

"Buru-buru gue, udah ayo buruan. Gue nggak mau telat untuk yang kedua kalinya."

Pagi ini Anissa memilih untuk tidak berdebat dengan rivalnya tersebut. Ia memilih setuju dengan apa yang pemuda itu ucapkan. Satu hal yang ia lupakan. Ini akan menjadi hal heboh jika satu sekolah melihatnya berangkat bersama Rizky, terlebih untuk kedua sahabatnya yaitu Maudy dan Zana.

Sesampainya di area sekolah, Rizky memarkirkan motornya di halaman parkir depan. Banyak sorot mata yang memperhatikan keduanya. Tentu saja, karena seperti yang diketahui bahwa cowok yang sedang bersama Anissa adalah cowok yang menjadi trending topik selama seminggu belakangan ini.

"Loe duluan aja ke kelas, gue ada urusan," kata Rizky setelah melepaskan helm.

"Mau bolos ya loe?" selidik Anissa.

"Segitu buruknya ya gue di mata loe sampai-sampai nggak ada kalimat yang lebih positif gitu."

"Yaudah lah ya, bodo amat juga loe mau ngapain. Bukan urusan gue. Bye! Gue mau masuk kelas. Bisa heboh entar anak-anak kalau gue telat lagi," ucap Anissa melenggang pergi dari halaman parkir tersebut.

My Second Boyfriend [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang