Kesal

187 11 2
                                    

"Kamu seharusnya mengatakan selamat tinggal yang singkat sebelum kamu pergi" If That The Case~Kim Na Young
Anissa Aurellia Thomas

Tiga puluh menit setelah bel pulang sekolah, Anissa, Maudy serta Zana tidak begitu saja meninggalkan sekolah. Ketiga sahabat itu hari ini bertugas siaran di chanel Archipelago. Selama satu jam, mereka menyiarkan acara yang bertema "Whats going on today" di Archipelago.fm.

Selepas siaran itu pun, Anissa serta Zana masih berkutat di koridor sekolah, lain halnya dengan Maudy yang sudah lebih dulu pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selepas siaran itu pun, Anissa serta Zana masih berkutat di koridor sekolah, lain halnya dengan Maudy yang sudah lebih dulu pulang.

"Sa ... ." Zana menatap lurus ke depan, sementara lawan bicaranya sibuk dengan ponsel di tangan.

"Hm?"

"Menurut loe, Al itu ada rasa nggak sih sama gue?" Anissa berhenti pada aktivitas semula. Gadis itu mencoba menatap Zana.

"Kan loe yang sama Al, kenapa nanya gue? Harusnya loe bisa ngerasain dong."

"Hm, iya si ... ." Zana terlihat lesu. Entah apa yang sedang mengganggu pikirannya saat ini.

"Za, loe tau kan Al itu gimana. Dia itu playboy, suka godain cewek sana sini. Inget itu!" tegas Anissa di ujung kalimat. Ia tahu betul bahwa Zana mempunyai perasaan terhadap Al, tapi ia harus mengingatkan bahwa cowok yang disukainya adalah seorang cowok yang suka bergonta ganti gebetan.

"Tapi gue udah terlanjur suka sama dia Sa, gimana dong?"

"I don't know exactly." Anissa mengangkat kedua bahunya bahwa ia sendiri juga tidak ahli dalam masalah percintaan seperti ini. Ia minim pengalaman menjalin hubungan bahkan bisa dikatakan ia belum pernah menjalaninya.

"Tapi kalo loe tetep bersikukuh sama perasaan loe, loe berarti harus siap sakit karena cowok model Al nggak mungkin jalin hubungan lebih dari satu bulan. Bisa sampai satu bulan aja mungkin itu udah anugrah."

Zana menunduk lesu mendengar nasihat dari Anissa. Apa yang dikatakan sahabatnya memang benar, jika ia sudah mengambil keputusan untuk mencintai Al maka ia juga harus siap untuk sakit.

Di tengah keheningan itu, Rizky terlihat dari ujung lorong menghampiri keduanya. Anissa kembali sibuk dengan ponselnya dan Zana masih sibuk dengan pikirannya sambil tertunduk lesu. Menyadari ada yang menghampiri, ia pun mengangkat kepalanya.

"Al mana Ky?" tanya gadis itu begitu antusias. Ia masih duduk di bangku koridor saat ini memang bertujuan untuk menunggu Al yang masih latihan basket.

"Udah balik."

Raut wajah Zana berubah drastis mendengar jawaban dari Rizky. Ia sudah menunggu di sini lama-lama dan ternyata yang ditunggu meninggalkannya duluan.

Anissa menatap iba pada Zana. Zana yang biasanya terlihat ceria hari ini lebih banyak diam.

"Yaudah Za, balik sama gue aja," tawar Anissa. Padahal ia sendiri pun tidak membawa kendaraan tapi justru mengajak pulang bareng. Ia berpikir setidaknya bisa pulang bareng dengan naik taksi, bis atau pun angkot.

My Second Boyfriend [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang