"Mungkin semua adalah mimpi, Aku dibingungkan oleh pemikiran yang buruk" I Miss U~Cha Yeoul
Anissa Aurellia ThomasPagi ini Anissa mengawali hari dengan senyuman yang terbit di bibirnya. Seperti teori yang pernah ia dengar sebelumnya, senyum di awal hari akan membawa harimu berjalan dengan baik. Dan untuk kali ini, Anissa mencoba membuktikan teori tesebut.

Anissa berjalan menyusuri koridor sekolah di lantai satu. Seperti biasa, gadis itu terlihat cantik hanya dengan penampilannya yang sederhana. Rambut dengan warna kecoklatan dibiarkannya tergerai, wajahnya yang tampak natural tanpa polesan make up tidak membuat gadis itu kehilangan aura kecantikannya. Seragamnya pun membungkus tubuh Anissa dengan sangat pas, ditambah dengan sneakers yang menjadi salah satu item favoritnya.
Anissa menghentikan derap langkah sepatunya ketika mendapati seseorang yang sangat dikenalnya sedang di sebuah bangku dengan kedua telapak tangan yang menutupi wajah. Lantas, Anissa mencondongkan tubuh ke depan. Mencoba mengamati lebih dalam sosok yang tengah menunduk lesu di pagi yang cerah ini.
“Shttt, loe kenapa?” tanya Anissa dengan menubrukkan ujung sepatunya ke ujung sepatu milik pemuda tersebut.
Tidak mendapat respon tak membuat Anissa menyerah begitu saja. Terbukti setelahnya ia masih tetap berdiri sambil sesekali mengamati dan mencoba menerjemahkan ekspresi tersirat akan situasi saat ini.
“Loe nggak latihan basket? Tadi pagi Rizky bilang kalau pagi ini bakalan latihan basket.”
Geram karena tidak ada respon yang diberikan, Anissa kembali menendangkan kakinya pada ujung sepatu pemuda itu. “Woi, loe dengerin gue nggak sih, Al?”
“Ck, apaan sih, Sa. Ganggu banget.”
“Eh ... biasa aja dong, gue nanya baik-baik juga.”
Ehh, seolah de javu, Anissa mengingat di mana dan kapan ia mendengar kalimat yang baru saja terucap di bibirnya. Dan di detik itu juga, ia kembali terputar pada malam saat ia dan Rizky yang sedang bersama di restoran. Dan hanya karena tatapan mendelik dari para cewek di sekitarnya, Anissa menjadi marah-marah tidak jelas kepada Rizky.
“Huaa Anissa ... ” Sontak Anissa terkejut dengan Al yang tiba-tiba merengek histeris seperti orang yang kerasukan makhluk astral.
Anissa mengambil posisi duduk di sebelah Al lalu refleks merangkul bahu pemuda itu dan menepuk-nepuknya pelan, memberikan ketenangan serta kenyamanan dalam waktu yang bersamaan.
Sementara Al, bukannya menjadi lebih tenang justru semakin teriak histeris dan menyenderkan kepalanya di bahu sebelah kiri Anissa.
“Loe kenapa sih Al? Udah kayak bocah TK ditinggal emaknya aja.”
Al mendongakkan kepalanya, mencari letak wajah Anissa. “Loe tega banget ngatain gue bocah.”
“Ya abisnya l—“ Perkataaan Anissa terpotong oleh suara tepukan tangan. Anissa menoleh ke arah sumber suara dan detik itu juga ia tidak bisa berkata apa-apa lagi.
“Widih, enak bener ya ... pagi-pagi udah main rangkulan aja. Bagussss.”
“Za, gue bisa jelasin. Gue tadi cuma—“
“Cuma peluk, gue udah cukup ngerti Anissa! Gue nggak nyangka selama ini loe ada main sama Al. Pantesan aja Al nggak pernah nganggep gue.”
Anissa beranjak berdiri dari tempatnya duduk. “Loe tau betul gimana gue Za. Gue nggak mungkin ngelakuin itu sama loe. Gue masih punya cukup otak dan hati buat ngelakuin itu semua.”

KAMU SEDANG MEMBACA
My Second Boyfriend [Completed]
Teen FictionKisah seorang fangirl yang begitu mengidolakan biasnya. Bagaimana jadinya jika seorang Anissa Aurellia Thomas yang selama ini sibuk dengan dunianya sendiri terlibat dengan seorang cowok yang super songong? Apa yang akan terjadi jika cowok tersebut t...