Kisah seorang fangirl yang begitu mengidolakan biasnya.
Bagaimana jadinya jika seorang Anissa Aurellia Thomas yang selama ini sibuk dengan dunianya sendiri terlibat dengan seorang cowok yang super songong?
Apa yang akan terjadi jika cowok tersebut t...
"Kukira aku pernah terluka sebelumnya. Tapi tak seorang pun pernah membuatku sesakit ini. Kata-katamu mengiris lebih dalam dari pisau. Kini aku butuh seseorang tuk menghembuskan lagi nafas kehidupan padaku." Stitches~Shawn Mendes Anissa Aurellia Thomas
Play lagu di mulmedgengs Sengaja khusus buat chapter ini
Anissa terlihat menimang sebentar lalu ia menganggukkan kepala, menyetujui saran terakhir Rizky. "Oke."
Selanjutnya, keduanya terlibat dalam diskusi menentukan aransemen lagu yang telah dipilih serta bagian masing-masing yang akan mereka nyanyikan. Setidaknya enam puluh menit mereka berdua menyelesaikan aransemen dan membagi part lagu.
"Oke, jadi itu fix ya g--gu ... " Rizky merenggangkan otot-ototnya yang terasa tegang dan menolehkan kepalanya ke samping. Ia terkesima ketika mendapati kepala Anissa mendarat di meja sebelah laptop dengan kelopak mata yang terpejam.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rizky mengulurkan tangannya, menyingkirkan helaian-helaian rambut yang menutupi wajah Anissa. Disisihkannya anak rambut tersebut secara lembut. Ia mengamati wajah yang tertidur pulas tanpa memikirkan posisi yang benar itu.
"Badan loe bakal sakit kalau loe tidur kayak gini."
Rizky mengangkat perlahan tubuh Anissa dan meletakkan ke atas kasur miliknya. Anissa menggeliat sebentar tanpa membuka mata, mencari posisi ternyaman. Seulas senyum terbit di bibir Rizky melihat Anissa meringkuk seperti sebuah janin dalam rahim.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Good sleep, Sayang." Rizky meninggalkan sebuah kecupan hangat di kening Anissa. Berjalan keluar dan menutup pintu secara perlahan agar tidak menimbulkan derit suara.
"D-dinda? Kamu ngapain?"
"Ooh, aku mau ngasih ini." Dinda menyodorkan ponsel. "Dari tadi bunyi."
Rizky menerima ponsel itu. Ia tidak berniat melihat siapa yang menelepon sang pemilik ponsel. "Yuk."
Dinda mengangguk dan berjalan bersisian dengan Rizky menuju ke bawah. Dapat ia rasakan sebuah usapan lembut di puncak kepalanya.