Dia Siapa?

200 16 0
                                    

"Aku tahu ini jalan yang sulit, Tapi aku tetap berjalan saja" Because I Love You Boy~Suzy
Anissa Aurellia Thomas

Keesokan harinya, Rizky sudah mulai kembali bersekolah. Bekas luka yang didapat dari tawuran dua hari yang lalu memang masih nampak, tapi itu sudah jauh lebih baik dari sekarang.

Seperti biasanya, pagi ini dia menuju sebuah rumah di daerah Cempaka Putih, apalagi jika bukan untuk menjemput Anissa.

Di lain sisi, pagi ini Anissa sudah siap dengan segala sesuatunya. Sebelum ke bawah, gadis itu kembali mematut dirinya di depan cermin. Kali ini ia mengenakan sebuah bandana manis di atas kepalanya. Rambutnya yang panjang ia biarkan jatuh menjuntai indah. Setelah memastikan semuanya, ia segera menuju lantai bawah untuk sarapan roti tawar dan berpamitan kepada sang mama.

***

Bel masuk telah berbunyi. Anissa nyaris saja telat, tetapi beruntung karena ketika ia turun dari mobil saat itulah bel berbunyi. Gadis itu melangkahkan kaki menuju ruang kelasnya. Langkahnya terhenti oleh seseorang yang berdiri di ambang pintu dengan ransel yang masih ada di sebelah kanan pundaknya.

"Berangkat sama siapa?"

"Please deh, ini masih pagi nggak usah ganggu gue."

"Makanya jawab!" kata Rizky dengan nada yang sedikit meninggi, membuat seisi kelas memusatkan perhatian ke arah mereka.

"Sama Iqbal, puas loe?" Tanpa menunggu respon, Anissa segera ngeloyor masuk ke dalam kelas.

Jam pertama dimulai dengan pelajaran Matematika yang diemban oleh Bu Diana. Sebelum memulai materi, guru berwatak tegas itu memberikan pre-test kepada siswanya. Tentu saja ini membuat jantung masing-masing siswa berdegup tidak menentu.
Bagaimana tidak? Kalian pasti pernah mengalami hal seperti ini, ulangan tanpa pemberitahuan sebelumnya.

Sembari memberi tugas, Bu Diana memaanfaatkan waktu untuk mengoreksi hasil kerja siswa dalam pre-test tadi. Lima belas menit sebelum kelas berakhir. Guru berkacamata itu membagikan satu persatu hasil nilai kepada masing-masing siswa.

"Gimana? Puas sama hasilnya?" tanya Bu Diana yang otomatis mendapat suara keluh kesah seluruh isi kelas.

"Harusnya kalian bangga karena itu murni dari pemikiran kalian tanpa ada persiapan buat mencontek."

"Bu, lain kali kalau mau ulangan bilang-bilang dulu deh Bu," kata Al yang mendapat nilai empat puluh.

"Biar kamu semalaman bisa bikin catatan rumus gitu?"

"Ibu mah tau aja..," balasnya dengan wajah cengengesan.

"Pokoknya ibu mau nilai kalian lebih baik lagi ke depannya. Kalian di rumah juga harus belajar, jangan hanya di sekolah saja belajarnya. Mengerti?"

"Mengerti Bu."

"Yasudah sebelum ibu tutup pertemuan kali ini, ibu sudah buatkan kalian kelompok belajar di rumah berdasarkan nilai yang kalian dapat hari ini. Kalian nanti bisa lihat di ketua kelas, paham?"

"Iya Bu...," Serempak semua siswa menjawab.

"Rizky," panggil guru itu. "Kamu harus ekstra belajar lebih keras lagi, karena nilai yang kamu dapat itu cuma nilai upah nulis saja. Jadi ibu nggak mau tahu di tes berikutnya your score should be better, understand?"

"Ya Miss."

Bu Diana menutup kelas dan meninggalkan kelas X A1. Sebagian siswa menghampiri ketua kelas untuk melihat daftar kelompok belajar yang telah dibuat oleh guru matematikanya.

My Second Boyfriend [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang