Hilang

187 12 0
                                    

"Senyumanmu dan bahkan wangimu aku selalu menunggu, Aku menghitung mundur hari. Dimanapun dirimu, kamulah satu-satunya untukku" I Love You, I Remember You~I.O.I
Rizky Reynaldi Pratama

Pagi ini seluruh siswa Archipelago disibukkan menghadapi ulangan harian perdananya. Mungkin ini memang bukan suatu penentuan akan kelulusan mereka, tapi bagi sebagian siswa tentu saja hal ini tidak kalah penting layaknya Ujian Nasional.

Tepat pukul 7.30 ulangan akan dimulai, tapi hingga Miss Nada selaku wali kelas X A1 memasuki kelas, Anissa masih belum menampakkan batang hidungnya. Bangkunya yang kosong menjadi tanda tanya bagi guru berwatak tegas tersebut.

"Itu kenapa bangku Anissa masih kosong? Mana Anissa?" Miss Nada bertanya dengan nada yang tidak enak didengar sama sekali. Sudah tentu membuat siswa lainnya enggan untuk menjawab. Mungkin bukan karena ucapan wali kelasnya yang tidak enak di telinga melainkan karena mereka benar-benar tidak mengetahui keberadaan Anissa.

"Kita juga kurang tahu Miss, dari tadi saya hubungin tapi nomornya nggak aktif," jelas Maudy yang sedari tadi memang sudah khawatir karena sahabatnya tidak kunjung datang. Rasanya mustahil kalau seorang Anissa akan melewati ulangan harian barang sehari.

***

Kelas telah berakhir hari ini. Jam pulang memang datang lebih awal karena ujian memang tidak membutuhkan waktu lama dan mata pelajaran yang diujikan hanya berjumlah dua. Hanya diperlukan waktu kurang dari tiga jam semua siswa telah mengumpulkan hasil jawabannya masing-masing.

Di koridor sekolah sudah berkumpul Maudy, Zana, Rendy, Raka, Al dan juga Rizky. Mereka memang sengaja berkumpul seusai ujian selesai untuk mencari kabar soal Anissa. Tidak biasanya gadis itu sulit dihubungi dan tidak mengikuti ujian di hari pertama.

"Gue udah berkali-kali telfon dia tapi nggak ada satupun panggilan yang dia jawab," ucap Maudy di tengah rasa khawatir yang menyelimutinya.

"Loe apain Anissa sampai dia nggak masuk sekolah?" Al menuduh Rizky yang ia ketahui memang terakhir kali keduanya terlibat dalam pertengkaran.

"Gue nggak ngapa-ngapain dia!" balas Rizky ketus. Ia tidak terima atas tuduhan yang ditujukan kepadanya. Memang benar adanya, terakhir kali ia dan gadis itu sempat terlibat dalam adu mulut tapi setelah itu ia tidak tahu menahu. Bahkan sekedar berkirim pesan saja enggan ia lakukan.

"Ya udah, ya udah, daripada ribut nggak jelas mending sekarang kita langsung ke rumah Anissa. Mungkin aja dia sakit kan?" Rendy mulai menengahi Al dan Rizky. Jika hal tersebut dibiarkan tentu saja tidak akan mendatangkan hal baik. Lagipula ini bukanlah saatnya untuk menyalahkan siapa-siapa.

Mereka semua bergegas menuju parkiran. Mengambil kendaraan masing-masing kemudian menuju kediaman Anissa. Sesampainya di sana keadaan terlihat begitu sepi. Tidak terlihat ada seseorang berada di sekitaran pekarangan rumah yang didominasi oleh warna abu-abu itu.

Mereka mulai menapakan kakinya memasuki area halaman sampai sebelum akhirnya tiba di depan pintu. Salah satu dari kelima remaja tersebut menekan bel yang telah tersedia di samping pintu. Tidak ada sahutan dari sang pemilik rumah. Lantas mereka tidak pergi begitu saja, mereka kembali menekan bel itu sampai suara seorang perempuan menyahut dari arah dalam.

Perempuan itu membuka pintu dan bertemu dengan anak-anak SMA yang masih lengkap dengan seragamnya.

"Mbak, Anissa ada?" Maudy bertanya kepada perempuan itu yang diketahuinya sebagai asisten rumah tangga keluarga Thomas. Mbak Ranti namanya.

Raut wajah perempuan itu tiba-tiba saja berubah. Sudah pasti ini menandakan bahwa ada sesuatu yang tidak beres.

"Mbak Anissa nggak ada di rumah, Mbak."

My Second Boyfriend [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang