"Seperti angin, seperti debu. Aku tidak bisa menggapaimu, Aku tidak bisa melihatmu" My Love~Lee Hi Ost Scarlet Heart
Anissa Aurellia ThomasSuara deru motor terdengar. Secercah harapan muncul dalam diri Anissa. Sontak ia menoleh ke arah sumber suara. Bukan Rizky yang datang melainkan seorang tukang ojek. Tukang ojek itu berhenti tepat di depan Anissa.
Sementara Anissa masih bingung karena ia tidak merasa memesan ojek via online. Lalu kenapa tiba-tiba ada tukang ojek yang menghampirinya? Yang pasti ini bukanlah sebuah kebetulan belaka.
"Mari Mbak," ucap tukang ojek itu.
Dengan alis yang bertaut menandakan kebingungannya, Anissa bertanya kepada tukang ojek tersebut. "Maaf Mas, perasaan saya nggak mesen ojek, kok Mas-"
Sebelum kalimat tersebut selesai diucapkan, tukang ojek itu tersenyum sembari berkata, "Itu tadi pacar Mbak yang nyuruh saya nganterin pulang."
Pacar? batin Anissa.
Otaknya berfikir sejenak. Tidak salah lagi. Pasti Rizky yang telah menyuruh tukang ojek ini untuk mengantarnya pulang. Tanpa menunggu lama, Anissa menaiki motor berwarna hitam tersebut. Tentu hal ini berbeda saat tadi Rizky menawarkan tumpangan.
***
Sesampainya di rumah, Anissa tidak menjumpai Mamanya. Mungkin saja Mamanya masih sibuk berada di restaurant. Ia melangkahkan kakinya menuju lantai atas tempat kamarnya berada. Gadis itu membereskan beberapa barang lalu bergegas menuju kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya.
Setelah merasa lebih fresh, Anissa menghempaskan tubuhnya di kasur. Nyaman, batinnya.
Ia mencoba mencari keberadaan benda persegi panjang miliknya tapi tidak kunjung ketemu. Anissa kembali ingat bahwa ponselnya saat ini ada pada rivalnya yang tidak lain dan tidak bukan adalah Rizky.
"Aaaaa HP GUE..." pekik Anissa dari dalam kamar.
Mendengar ada suara teriakan, sontak membuat kaget seisi penghuni rumah. Mama Anissa yang sudah sedari tadi pulang dengan segera menghampiri kamar anak gadisnya itu.
"Ada apa Sa?" tanya sang Mama dengan penuh rasa khawatir.
Menyadari bahwa sang Mama telah berada di ambang pintu kamarnya membuat Anissa menggaruk tengkuknya sembari berkata, "Loh, Mamah udah pulang?"
Sang Mama hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan anaknya. "Mama udah pulang dari tadi, kamu aja yang gak tau."
"Kenapa tadi teriak-teriak?" lanjut perempuan yang bernama Ira tersebut.
"Nggak kenapa-kenapa kok Mah," ucap Anissa sambil meringis. "Tadi Anissa kira ada tikus ternyata bukan, hehe..." kekeh Anissa.
"Kamu ini ada-ada aja, bikin Mamah khawatir. Lagian mana mungkin ada tikus sih, di gudang aja belum tentu tikus berani masuk."
"Hehe ya kan kirain Anissa Mah," elak gadis itu.
"Yaudah buruan ke bawah, makan malam dulu," titah Mamanya sambil melangkah pergi meninggalkan kamar Anissa.
Setelah Mamanya sudah tak terlihat Anissa memukul-mukul mulutnya yang tidak bisa ia kondisikan. "Goblok banget sih loe nggak liat-liat kondisi," rutuknya.
Sesaat kemudian, Anissa menuju lantai bawah seperti yang diperintahkan Mamanya beberapa saat yang lalu. Anissa mendapati sang Mama telah duduk di bagian kursi meja makan. Lantas dua orang tersebut menyantap makan malamnya.
Di tengah-tengah makan, Anissa membuka suara. "Papah nggak pulang lagi Mah?"
"Papah kamu kan lagi di luar kota Sa," jawab sang Mama sambil mengunyah makanan yang ada dalam mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Second Boyfriend [Completed]
Teen FictionKisah seorang fangirl yang begitu mengidolakan biasnya. Bagaimana jadinya jika seorang Anissa Aurellia Thomas yang selama ini sibuk dengan dunianya sendiri terlibat dengan seorang cowok yang super songong? Apa yang akan terjadi jika cowok tersebut t...