💫chapter 9💫

1.4K 62 0
                                    

Happy reading

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
👑👑👑👑

Siti, echa, dan tasya saling memandang satu sama lain, lalu melirik putri yang melamun sedari tadi. Dia pun tidak menyadari akan kedatangan teman- temannya tersebut. Putri terus mengaduk-ngaduk minumannya sambil melamun.

"Put lo kenapa?" Tanya siti.

Putri tersadar dari lamunannya. "Ka- kalian kapan datengnya?".

"Udah dari tadi kali kita disini. Lu nya aja yang ngga sadar. Lagi ngelamunin apaan sih?" Tanya echa.

"Ng-ngga kok, nggak papa" ucap putri dengan gugup dengan senyum tipis dibibirnya.

"Udah cerita aja?" Sahut Tasya memandang putri heran.

"Aku ngga papa" bohong putri.

'Maafin aku yah sit, cha, sya . Aku belum bisa cerita sama kalian sekarang' ucap putri dalam hati.

Sebenarnya putri ingin mengatakan kepada mereka tentang perjodohan ini, tapi putri belum siap. Karena ia takut mereka akan menjauhinya.

Putri merasa ada seseorang yang menatapnya dari kejauhan. Ia segera beranjak dari tempat duduknya. Membuat siti, echa dan tasya pun menatapnya bingung.

"Ak- aku permisi duluan yah, mau simpan buku dulu diloker" putri meninggalkan ketiga temannya. Mereka hanya menganggukan kepalanya.

Siti, echa dan tasya masih menatap putri yang mulai menjauh. Lalu saling memandang satu sama lain.

"Putri kenapa sih?" Pikir echa.

Siti hanya mengangkat kedua bahunya.

"Kayak ada yang disembunyiin gitu?" Lanjutnya.

"Jangan Seudzon dulu, siapa tau ada masalah keluarga? Itu kan privasi dia" ujar siti.

Tasya dan Echa hanya mengangguk paham. Sedangkan sosok yang memandang putri sedari tadi masih menatap kearah tempat putri, walaupun gadis itu sudah beranjak pergi dari tempatnya.

"Liatin siapa sih lu, ran?" Tanya Andre  pada pangeran.

Andre, bryn, dan marchel menatap apa yang dilihat cowok tersebut hingga tak berkutip sama sekali.

"Ngapain lu liatin Teman- temannya putri?" Sahut Bryn.

Marchel dan Andre pun menatap calon putra mahkota tersebut bingung.

"Nyariin putri yah lu?" Ledeknya.

Pangeran menaikan sebelah alis matanya.

"Ngapain juga gua nyariin dia?" Balasnya dengan datar.

"Terus ngapain lu merhatiin mereka?" Balas Andre.

"Apa jangan- jangan lu mulai naksir sama putri?" Tanya andre curiga.

"Ciee,,, Ada yang benci jadi cinta nih" canda bryn membuat pangeran mengalihkan pandangannya malas.

"Tapi yah ran, si putri diliat- liat cantik juga, pinter lagi" lanjut bryn diangguki Andre.

"Menurut gua juga dia ngga keliatan cupu sih. Yah,,, walaupun penampilannya keliatan sederhana begitu" sambung Andre.

"Banyak orang yang Mandang dia sebelah mata, jadi ngga ada yang tau sifat aslinya gimana" tutur marchel.

Bryn dan Andre mengangguk setuju dengan pendapat marchel. Mereka berpikir pun putri tidak seperti perempuan lainnya, yang terlalu mementingkan penampilan.

pangeran dan putriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang