💫chapeter 30💫

1.4K 63 24
                                    


Happy reading

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

👑👑👑👑👑

Putri berjalan melangkah dengan kesal menghampiri pangeran yang sedang bermain biolanya diatas balkon. Untung saja dirinya tak memiliki riwayat penyakit jantung. Kalau iyah bisa jantungan dia.

Putri menghampiri pangeran yang memunggunginya. Karena ia merasa bosan jadi ia hampiri pangeran saja. Sekalian ia ingin tahu apa saja yang dilakukan pangeran.

Rian melirik pasangan majikannya yang berada dibelakang pangeran. Ia menundukkan kepalanya.

"Selamat pagi yang mulia" sapa rian.

Putri melirik rian. "Pagi rian" balasnya tersenyum.

Pangeran tau putri pasti akan menghampirinya. Dia sudah tau pasti putri sedang bosan saat ini. Karena belum terbiasa dengan semuanya.

Tak peduli dengan kehadiran putri ia tetap melanjutkan permainan biolanya.

Putri mendekati pangeran. Kali ini ia harus berani menghadapi pangeran.  Walaupun ia tau berada di dekat pangeran membuat jantungnya tak enak.

Rian menatap kedua majikannya, dia merasa sepertinya harus pergi dari tempatnya. Melihat kecanggungan diantara mereka.

"Ehemm,,, maaf yang mulia saya pamit keluar" ucap rian melirik pangeran.

Pangeran terdiam. Setelah kepergian rian kini suasana semakin canggung. Putri pun tidak tahu harus berbicara apa.

Ia menghela nafas pendek. "Sejak kapan kau bisa bermain biola?" Tanya putri menutupi rasa kecanggungan diantara mereka.

Pangeran tak mengubris ucapan putri, dia tetap memainkan alat musiknya.

Lagi putri menghela nafasnya. 'Mengapa susah sekali berbicara dengannya' Batin putri.

"Aku baru tau selain kau pandai bermain gitar, ternyata kau juga bisa bermain biola" jelas putri.

Putri dapat melihat pangeran menghela nafasnya kasar dan menghentikan alat musik biolanya. Putri terkejut saat pangeran memasukkan alat musik itu kedalam tempatnya.

'Apa aku sudah mengganggunya?' Tanya putri dalam hati.

Putri merasa bersalah karena sudah lancang menganggu pangeran.

"Maaf sudah mengganggumu" lirih putri menatap pangeran takut. Entah kenapa ia jadi merasa takut jika berada di dekat pangeran, perasaan dirinya dulu tak pernah setakut ini.

Pangeran menatap putri. Ia duduk sambil mencuput teh yang sudah disediakan.

"Duduklah" Perintah pangeran.

Putri duduk dikursi yang bersebrangan dengan pangeran dan hanya meja ditengah sebagai penghalang.

Putri menghela nafas lega setidaknya pangeran tak marah dengannya.

"Kakimu sudah sembuh?" Tanya pangeran.

"E-e,,, iyah. Sudah mendingan. Anna yang sudah memijat kakiku. Walau sedikit sakit".

Tak ada lgi percakapan diantara mereka. Dalam hati putri mendegus kesal. Sungguh dirinya sangat bosan. Diliriknya pangeran yang fokus dengan ponselnya.

"Aku merasa bosan disini. Tidak ada kegiatan yang bisa kulakukan. Semuanya tidak boleh kulakukan. Heuhh,,, Biasanya sekarang ini aku sedang membantu ibu berkebun" putri mulai mencurahkan isi hatinya. Entah mengapa putri membuat  dirinya terbuka kepada pangeran. Mungkin dengan ini dia bisa membuat pangeran terbuka dengan dirinya juga.

pangeran dan putriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang