💫chapter 23💫

1.2K 55 2
                                    

Assalamualaikum semuanya!!
🖐😀

Selamat menunaikan ibadah puasa
,,,

Happy reading

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

👑👑👑👑

Bel istirahat sudah berbunyi dari tadi. Ketika semua murid berbondong-bondong pergi ke kantin, namun tidak dengan putri.

Putri memilih untuk beristirahat dikelas, selama jam pelajaran berlangsung kepalanya terus merasa pusing. Mungkin karena ia terlalu memaksakan diri untuk pergi ke sekolah. Tapi jika dirinya tidak berangkat itu akan membuatnya tidak enak dengan orang-orang yang ada di istana.

Tasya, Siti dan Echa sudah pergi ke kantin sejak bel istirahat berbunyi. Kini hanya dia seorang diri yang berada di dalam kelas.

Dengan tumpuan tangan di meja ia memejamkan matanya. Merasa ada seseorang yang datang ia pun mendangakan kepalanya melihat orang tersebut.

"El?" Lirihnya.

Gabriel tersenyum tipis menatap gadis dihadapannya tersebut.

"Gua bawain minum buat lu" ujarnya.

"Makasih".

"You're welcome".

Gabriel menarik salah satu kursi didekatnya lalu duduk berhadapan dengan gadis tersebut.

"Wajah lu pucet. Apa perlu ke UKS?" Tanya Gabriel.

Putri menggeleng pelan. "Ngga perlu".

"Gua udah denger semua ceritanya dari Siti, Tasya sama echa, kalo lu terus digangguin sama gengnya chilsilia itu".

Putri menganggukkan kepalanya pelan membenarkan ucapan Gabriel.

"Terus kenapa lu ngga laporin mereka ke BK atau ke kepala sekolah? Mereka itu udah banyak banget buat onar di sekolah, bahkan mereka sampai ngebully" tuturnya.

"Percuma, el. Ngga akan mempan" lirih putri.

"Ngga mempan gimana? Sekolah ini punya cctv, pasti ada bukti buat cari kesalahan mereka".

"Terus kalo ada buktinya, mereka dikeluarin dari sekolah gitu?" sambung putri.

"That's right. Itu lebih baik".

"Aku ngga mau buat mereka di keluarin dari sekolah".

"Why?"

"Kejahatan bukan berarti harus di balas dengan kejahatan, El. Manusia itu tempatnya salah, jadi wajar mereka seperti itu".

"Tapi apa harus sampai mereka ngurung orang di dalam gudang seperti itu? Itu bukan hal yang wajar lagi, put".

"Aku tau, tapi lebih kasihan lagi sama mereka. Kamu tau sendiri hukum di sekolah ini berbeda dengan hukum sekolah lainnya. Sekali dia berbuat kesalahan, dia bakal di keluarin dari sekolah, bahkan ngga ada satupun sekolah yang bakal mau nerima murid kaya mereka".

"Karena apa? Karena sekolah yang terkenal aja ngeluarin dia dari sekolah, apalagi lagi yang sekolah biasa" lanjut putri.

Gabriel terdiam mendengar penuturan putri. Walaupun ia baru mengenal gadis itu, namun ia bisa mengetahui betapa lemah lembutnya hati gadis tersebut.

Putri memang berbeda dengan perempuan lainnya. Ia terlalu bodoh dalam menyikapi, namun terlalu mudah untuk memaafkan.

"Kenapa lu mudah banget maafin orang lain? Sedangkan orang itu udah berusaha nyelakain lu" Tanya Gabriel.

pangeran dan putriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang