💫chapter 7💫

1.5K 66 0
                                    

Happy reading

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
👑👑👑👑

Pangeran tiba disebuah apartemen. Tepatnya didepan gedung bertingkat tersebut. Sebuah masker dan kacamata hitam ia gunakan untuk menutupi identitasnya.

Pikirannya masih melayang tentang kejadian tadi. Sepanjang jalan dia terus memikirkannya. Ia tidak percaya bahwa putri adalah gadis yang akan dijodohkan dengannya.

"Shit!".

"Kenapa harus dia?!" Geram pangeran mengeratkan kedua tangannya.

Seseorang datang diam-diam dan memeluk dirinya dari belakang.

"Hai sayang" sapa perempuan tersebut dengan senyum manisnya.

Pangeran memutar balik tubuhnya. Menatap perempuan berambut terurai panjang, dengan celana jeans hitam berbaju cream yang dikenakannya.

Ia membalas balik senyum tersebut. Pandangannya teralih pada sebuah koper merah maroon dibelakang sang kekasih.

"Kamu mau pergi?" Tanya pangeran menatap mata pacarnya tersebut.

Audi mengangguk pelan lalu mengusap lembut wajah pangeran. "Aku akan ke London sekarang" jawab Audi tersenyum.

"Tapi kenapa tiba-tiba? Kenapa kamu ngga bilang dulu sama aku?".

"Aku udah chat kamu, tapi kamu ngga bales chat aku" tuturnya.

"Kamu bisa aja telfon aku" balas pangeran.

"Aku ngga mau ganggu kamu, kamu pasti sibuk".

"Kalo kamu pergi, bagaimana dengan hubungan kita?" Tanyanya serius.

"Hubungan kita masih tetap sama. Ngga akan ada yang berubah".

Pangeran menghela nafasnya kasar. Lalu menarik rambutnya kasar.

"Sayang, kamu kan tau ini impian aku sejak kecil. Dan ini satu- satunya kesempatan buat aku, untuk kejar cita- cita aku. Kamu tenang saja, setelah semuanya selesai, aku pasti akan kembali" ujar audi.

Kenapa harus disituasi seperti ini audi akan meninggalkannya? Jika seperti ini, ia menjadi ragu untuk melamar kembali kekasihnya tersebut.

Audi akan meninggalkannya. Itu berarti tidak ada orang yang bisa mengertinya lagi. Selama 2 tahun hanya Audi yang mengerti bagaimana perasaannya. Audi pula yang mengerti penyebab sikapnya seperti ini.

"Bagaimana denganku? Kamu akan meninggalkanku?" Lirih pangeran.

Audi menggelengkan kepalanya. "Bukan seperti itu pangeran, aku sudah bilang. Aku akan kembali setelah pendidikanku selesai".

"Sampai kapan, audi? Menempuh pendidikan, bukan hanya setahun atau dua tahun" Sela pangeran.

"Ku mohon mengertilah. Aku ngga mungkin sia- siain kesempatan ini, sayang" balas Audi.

"Terus kamu akan melupakan aku?".

"Tidak. Aku tidak akan melupakanmu. Seharusnya aku yang berbicara seperti itu, kamu pasti akan meninggalkan aku".

"Baik, kalau itu mau kamu. Kalau begitu, terimalah lamaranku kali ini?".

Audi terkejut melihat pangeran berlutut kepadanya. Ini memang bukan pertama kalinya pangeran melamarnya.

"Anggap ini sebagai pengikat kita. Jadi kita sama- sama tidak akan saling meninggalkan" lanjut pangeran.

"Pangeran, tap-" potong pangeran.

pangeran dan putriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang