💫chapter 43💫

1.1K 64 13
                                    

Happy reading

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
👑👑👑👑

Putri mengerjapkan matanya perlahan untuk menyesuaikan intensitas cahaya yang masuk kematanya. Kemudian ia memerhatikan sekekelilingnya yang tampak tidak asing baginya. Pandangan putri tertuju kepada seorang yang menatapnya.

Orang itu yang putri panggil sebelum dia kehilangan kesadaran. Pangeran menatap datar kepada putri. Putri tau dirinya sudah berbuat salah. Seharusnya dia mengikuti perkataan pangeran untuk badrest dirumah. Dan sekarang dia malah berakhir kembali dengan infusan ditangannya.

Putri meringis saat kepalanya berdenyut. Pangeran membantu putri untuk mengubah posisinya. Sebenarnya dia merasa khawatir melihat putri seperti ini. Tapi ia berusaha menutupi rasa kekhawatirannya itu.

Pangeran mengambil obat di atas nakasnya. Lalu membantu putri meminumkan obatnya. Putri menerima apa yang diberikan pangeran.

"Makasih" gumam putri menundukkan kepalanya.

Pangeran masih tak peduli dengan ucapan putri. Dia beralih mengambil semangkok bubur hangat untuk putri.

"Makanlah" ucap pangeran sambil menyuapi putri.

Putri mendangakan kepalanya menatap pangeran yang menyuapinya. Perlahan dia mecoba melahap bubur itu, walaupun rasanya pahit putri berusaha menelannya.

"Maaf, ta-" ucapan putri tepotong oleh pangeran.

"Habiskan" balas pangeran. Terdengar hembusan nafas pangeran.

"Jangan bahas soal itu dulu" lanjut pangeran sembari menyuapi putri kembali.

Putri hanya terdiam. Mungkin bukan yang tepat membahas masalah tadi. Putri menutupi mulutnya tak tahan untuk menelan buburnya lagi.

"Sudah" lirih putri.

"Sekali lagi".

Putri menggeleng cepat rasanya tak tahan ingin memuntahkan isi perutnya.

"Kata dokter ngga boleh telat makan" tutur pangeran.

"Tapi ngga enak, rasanya mau muntah".

"Namanya orang sakit semua makanan pasti pahit dimulut. Kalo ngga dipaksain ngga bakalan sembuh" paksa pangeran.

"Kali ini beneran deh jangan paksa aku buat makan lagi" pinta putri menatap pangeran dengan matanya yang mulai berkaca- kaca. Pangeran menghela nafasnya kasar.

"Udah tau sakit, so'- soan masuk sekolah" gumam pangeran menaruh bubur itu kembali diatas nakas.

"Iyah tau kok aku salah" lirih putri menundukkan kepalanya.

Pangeran hanya menatapnya datar tak peduli. Dia mengambil obat sesudah makan untuk putri.

"Lain kali kalo lagi sakit ngga usah banyak gaya. Dasar keras kepala" ujar pangeran datar. Ia pegrgi keluar kamarnya.

Putri hanya diam. Ini juga karena salahnya yang terlalu memaksakan. Padahal ujiannya hanya dilaksanakan tiga hari. Masa dia hanya akan masuk sehari saja? Putri menghela nafasnya kasar.

Tak lama pangeran membuka pintu kamarnya kembali. Lalu menatap putri yang terlihat merenung.

"Ada yang datang untuk menjenguk" sahut pangeran didepan pintu.

Putri mengerutkan dahinya menanyakan siapa yang datang menjenguknya?

Terlihat sepasang paruh baya memasuki kamarnya. Salah satu diantara membawakan bingkisan buah untuk putri.

pangeran dan putriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang