💫chapter 12💫

1.3K 59 0
                                    

Happy reading

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
👑👑👑👑

Putri sudah berada disebuah taman, tempat ia dan yang mulia ratu akan bertemu. Matanya menangkap seorang wanita yang sedang duduk memandang pemandangan dihadapannya.

Kini rasa gugupnya kian menjadi. Ia tidak bisa mengendalikan rasa kegugupannya saat ini.

Wanita tersebut tersenyum saat putri menghampirinya. Putri sedikit menundukkan tubuhnya memberi hormat kepada sosok ratu kerajaan di negara ini.

Sesekali ia melirik lalu kembali menundukkan kepalanya malu. "Kemarilah putri, duduk di sampingku" sahutnya

Dengan ragu putri mengikuti perintahnya.

"Maaf jika aku memanggilmu mendadak seperti ini?".

"Ti- tidak apa, yang mulia. Ju- justru saya sangat senang bisa bertemu dengan yang mulia" jawab putri.

"Bagaimana keadaanmu sekarang? Sudah membaik?" Tanya Rika.

Putri mengangguk lemah. "Sudah, yang mulia. Terima kasih".

Rika tersenyum simpul. Ia sudah mengetahui latar belakang gadis didepannya ini. Ternyata almarhum ayah mertuanya tidak salah, memilih putri untuk dijodohkan dengan putranya.

"Tidak perlu seformal itu. Panggil saja ibu, anggap aku seperti ibumu sendiri" ucap Rika.

"Ma- maaf yang mulia, mana mungkin saya bisa berkata seperti itu" lirih putri.

"Ini perintah seorang ratu" ujar Rika membuat putri mengangguk sedikit takut.

"Ibu dengar kau pingsan saat disekolah, apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Rika kepada putri.

Putri terdiam. Mungkinkah Rian yang memberitaunya? Atau pangeran?

"I-, iyah, ya- bu".

"Apa seseorang telah berusaha melukaimu?".

Putri kembali diam. Ia tidak berani berkata yang sebenarnya. Bisa saja Chilsilia dan teman- temannya dikeluarkan dari sekolah. Walaupun mereka sudah jahat kepadanya, bukan berarti harus membalasnya.

"Tidak apa. Jika kau tidak bisa menceritakannya. Lain kali jika terjadi masalah seperti ini, sebaiknya kau laporan pada gurumu ataupun bk" ujar rika menatap putri.

Dia mengerti tidak mudah menceritakan hal seperti itu kepada siapapun, apalagi gadis seperti putri. Jelas itu akan membuat dia merasa tak enak.

Putri merasa canggung berhadapan dengan ibu pangeran tersebut.

"Ouh Iyah, kau pasti mengenali pangeran bukan? Apa kalian satu kelas?" Tanya Rika berusaha mencairkan suasana.

"Tidak, kami beda kelas".

"Apa pangeran melakukan sesuatu yang membuatmu tidak senang?".

Putri kembali diam. 'Bahkan ibunya saja tidak tau, bagaimana sifat asli putranya itu' batin putri.

"Tidak juga, bu" lirih putri.

'Lihatlah pangeran, aku bahkan berbaik hati membela dirimu didepan ibumu' Ketus putri dalam hati.

"Syukurlah kalau begitu. Ibu harap hubungan kalian akan tetap terus membaik".

Putri tersedak dengan silvianya sendiri. Dia tidak salah dengar, hubungannya akan membaik? Selama ini hubungannya dengan pangeran tidak pernah baik, bahkan  cowok itu selalu mencari masalah dengannya, tepatnya selalu ada saja masalah dengannya. Bagaimana bisa dibilang membaik?

pangeran dan putriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang