💫chapter 38💫

1.1K 54 17
                                    

Happy reading

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
👑👑👑👑

Pangeran menarik putri ke halaman belakang yang sepi. Dia menyuruh putri untuk duduk disebuah bangku panjang di bawah pohon.

Putri hanya bisa terdiam menunduk. Semuanya sudah terbongkar dan ketahuan jika dia sudah berbohong. Tak berani menatap mata pangeran yang duduk disebelahnya. Namun pangeran menyuruhnya untuk menatapnya. Dengan ragu putri mengangkat kepalanya dan memberanikan diri menatap mata elang yang berwarna coklat itu.

Pangeran menatap putri tajam. Putri kembali menundukkan kepalanya. Nyalinya seperti menciut tak berani menatap pangeran.

"Ma-maaf" lirih putri.

Pangeran yang melihat putri lembali menunduk mengangkat dagu putri untuk menatapnya. Pangeran menatap manik- manik mata putri.

"Kenapa lu bohong?" Tanya pangeran mengintimidasi.

Putri terdiam. Dia tak bisa berkata apapun.

"Lu tau apa yang udah lakuin itu salah?" Ujar pangeran.

Putri menganggukkan kepalanya pelan.

"Terus kenapa lu bohong sama gua?".

"Maaf, aku ngga mau teman- temanku tau semuanya. Soal gabriel kemarin pun aku ngga tau dia tau dari mana? Entah dia menguping pembicaraan kami atau apa? Yang jelas aku cuma bilang ke teman- temanku doang" jelas putri menundukkan kepalanya kembali.

"Lu harus dikasih hukuman?" Tegas pangeran.

Putri mendangakan kepalanya. Dia kan hanya memberi tau teman- temannya saja buka seperti satu kelas. Kenapa memberikannya hukuman? Pikir putri.

"Ta- tapi kenapa? Aku kan hanya memberi tau teman- teman dekatku doang tidak lebih?" Protes putri.

"Itu sebabnya gua ngasih lu hukuman, karena lu berani sama gua. Gimana kalo teman- teman lu nyebarin gosip tentang gua?".

Ini bukan pertama kalinya pangeran berucap panjang keadanya. Dia tak mengerti dengan pangeran. Sikapnya selalu berubah- ubah.

"Mereka ngga akan nyebarin gosip apapun. Kalo semua murid tau kamu cemburu itu sesuai pemikiran mereka yang melihat kamu kemarin seperti apa? Kalo mereka bilang kamu kelihatan seperti cemburu itu udah tanggapan mereka? Kenapa pake hukuman segala?" Titah putri tak terima.

Padahal semua bisa saja menganggapnya memang cemburu. Bukan hanya dirinya saja yang seperti itu. Putri mendegus kesal dengan pangeran yang seenaknya ingin menghukumnya.

"Gua ngga peduli, pokoknya lu tetep gua hukum!" Tegas pangeran meninggalkan putri sendiri.

Putri mengepalkan kedua tangannya keudara rasanya ingin sekali memukul wajah pangeran. Dia mengambil keputusan sepihak tanpa mendengar penjelasanya.

👑👑👑👑

Semua murid berbondong- bondong keluar kelas setelah bel pulang berbunyi. Putri masih mencatat yang ada dipapan tulis. Beberapa murid dikelasnya sudah keluar kelas. Siti, echa, dan tasya pun sudah keluar meninggalkan putri. Mereka izin pulang duluan karena ada urusan masing- masing.

Putri menghela nafasnya kasar. Setelah pembicaraannya dengan pangeran tadi, rasanya memasuki kelas sangat malas. Dia masih kesal dengan perkataan pangeran yang seenaknya.

Setelah selesai menulis putri merapihkan buku dan memasukkannya kedalam tas.

Huft

Dia melangkah ke keluar kelas. Tak lama matanya menatap seseorang yang sedang bersandar dipintu kelasnya dengan tangan yang dilipat keperut. Putri memutar bola matanya malas. Dia melangkah lebih dulu tak peduli dengan orang itu.

pangeran dan putriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang