💫chapter 4💫

1.7K 73 9
                                    


Jangan lupa budidayakan vote and komen kalian

...
Okeoke
👍👍

Happy reading

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

👑👑👑👑

"Ka- kamu?" Tunjuk putri.

Putri terdiam menutupi rasa keterkejutannya, saat tau siapa orang  yang menghalangi jalannya. Dia melirik sekitarnya yang terlihat sepi, untung saja bel masuk sudah berbunyi. Setidaknya dia tidak dipermalukan lagi seperti kemarin. Entah mengapa berhadapan dengan pangeran membuatnya sedikit trauma?

Putri masih terdiam menatap pangeran sesaat, lalu menundukkan kepalanya. Ada rasa malu dan kesal saat berhadapan dengan cowok tersebut. Malu, bukan karena ia sudah tau siapa sosok pangeran. Dia juga tidak peduli dengan kedudukan, pangkat ataupun jabatan cowok tersebut. Hanya saja setiap kali bertemu dengannya, ia selalu mengingat kejadian kemarin, saat dirinya dipermalukan didepan semua murid dan itu juga yang terus membuatnya merasa kesal.

"Kenapa diam?" Sahut pangeran.

"Maaf, aku harus ke kelas sekarang" gumam putri melanjutkan langkahnya namun terhalang kembali oleh pangeran.

"Gua belum selesai bicara" ucapnya penuh penekanan.

Putri menatap pangeran hingga tanpa sadar jarak diantara keduanya begitu dekat membuat putri tertegun akan ketampanan pangeran.

Deg

Putri mengalihkan pandangannya. Ia merasakan jantungnya berdetak lebih cepat.

Pangeran terus memperhatikan gadis dihadapannya itu. Disaat semua perempuan sangat mengaguminya, namun hanya gadis dihadapannya inilah yang berbeda.

"Bi- bicara apa?" Ucap putri gugup. Ia takut jika ada yang melihatnya dan bermunculan gosip mengenai dirinya lagi.

"Gua ngga yakin, murid baru kaya lu bisa bertahan lama disekolah ini?".

Putri mengerutkan keningnya. Apa maksud ucapannya?

"Ma- maksud kamu?".

"Lu pikir, dengan ucapan lu di kantin tadi. Hidup lu bakalan tenang?" jedanya.

"Gua saranin, hati- hati sama mereka" bisiknya.

"Kamu nantangin aku?".

"Kalo menurut lu gitu? Kenapa ngga?" Ujarnya berlalu meninggalkan putri yang menahan ke kesalannya.

👑👑👑👑

Sekolah mulai terlihat sepi tidak satu pun murid masih berkeliaran disekitar sini. Putri baru saja menyelesaikan tugas piket nya membersihkan kelas. Walau ia belum terbiasa berbaur di dalam kelasnya, tapi putri tetap menjalankan kewajibannya sebagai murid.

Kakinya terus melangkah menuju parkiran sekolah untuk mengambil sepeda mininya.

"Hei cupu?!" Panggil seseorang.

Langkahnya terhenti saat seseorang memanggilnya. Lantas ia membalikkan tubuhnya melihat siapa orang yang memanggilnya tersebut. Putri tau sebutan itu pasti untuk dirinya. Siapa lagi gadis cupu seperti dirinya disekolah ini?

pangeran dan putriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang