💫chapter 5💫

1.6K 72 2
                                    

Happy reading

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
👑👑👑👑

Arkana pangeran pratama, siapa yang tidak mengenali nama tersebut? Calon putra mahkota sekaligus putra dari raja reyhan dwi pratama dan ratu rikayla nirdath pratama.

Cukup terbilang muda, diusianya yang menginjak 18 tahun sudah menjadi seorang CEO di salah satu perusahan milik keluarganya. Memiliki paras yang tampan, serta sikap yang dingin membuatnya begitu memiliki banyak penggemar dimana- mana. Tidak salah jika ketampanannya banyak dikagumi kaum hawa.

Pangeran tiba di sebuah mantion atau istana. Mantion yang sudah menjadi tempat tinggal turun temurun keluarga kerajaan pratama. Beberapa pelayan sudah berjejer menunggunya didepan pintu masuk.

Mereka semua menunduk hormat tatkala pangeran memasuki mention tersebut.

Seorang wanita berusia 40 tahun menghampiri dirinya. "Maaf yang mulia, yang mulia raja ingin bertemu dengan yang mulia" ucap anna nama kepala pelayan tersebut.

Pangeran hanya berdehem membalas ucapan pelayan tersebut.

Tidak asing bagi anna jika putra majikannya bersikap seperti itu. Sudah 15 tahun lebih ia bekerja disini. Dan sudah banyak hal yang ia ketahui, salah satunya pangeran.

"Dimana beliau?" Tanyanya datar.

"Yang mulia raja sudah menunggu yang mulia di ruang keluarga" jawabnya.

Pangeran kembali melanjutkan langkah kakinya menuju ruang keluarga dengan masih memakai seragam sekolahnya.

"Assalamualaikum" salam pangeran. Terlihat ayah, ibu, nenek dan juga kepala sekretaris istana disana.

Dia yakin jika ada seorang kepala sekretaris istana datang kemari pasti ada hal sesuatu yang akan terjadi.

"Waalaikumsalam" ucap mereka semua dengan kompak.

"Kau sudah pulang nak?" ucap reyhan ayah dari pangeran sekaligus raja dinegara ini.

"Hm" singkat pangeran.

Reyhan hanya tersenyum dan menghela nafasnya pelan.

"Duduk lah, nak" ucap rika ibu pangeran.

"Bagaimana kabar, yang mulia?" Sahut tuan Daniel.

"Baik" balas pangeran singkat.

Tuan Daniel hanya mengangguk mengerti.

"Apa yang ingin ayah bicarakan?" Tanya pangeran datar.

Reyhan memandang putra satu-satunya yang masih bersikap sama seperti dulu.

"Putraku, kita semua berkumpul disini untuk membicarakan suatu hal kepadamu, nak?" kata raja.

Pangeran tersenyum miring mendengar kata 'putraku'. Sejak kecil ia sudah kehilangan kasih sayang dari sang ayah. Jujur, dia tidak pernah menyukai kekuasaan yang dimilikinya sekarang ini. Hanya perhatian dan kasih sayang dari orang tuanyalah yang dia inginkan. Kalau bukan karena ibunya pangeran tidak ingin berada di mantion ini. Jika saja kekuasaan dapat ditukar dengan kasih sayang mereka, mungkin ia amat bahagia saat ini.

"Katakanlah?" ujar pangeran to the point.

Reyhan menghela nafasnya sebentar. "Kami akan menjodohkanmu" ucapnya dengan berat. Dia tau pangeran akan terkejut setelah mendengarnya. Tapi mau bagaimana lagi ia harus menepati janjinya tersebut.

"Apa maksud ayah?!" Tegas pangeran menatap ayahnya tak percaya. Siapa yang tidak terkejut mendengarnya. Dengan tiba-tiba ayahnya mengatakan akan menjodohkannya.

Reyhan tau, putranya akan bereaksi seperti ini. Mau bagaimana lagi ia harus menepati janji tersebut. Di dalam keluarganya, sebuah janji adalah kata yang dimana mereka harus menepati janji tersebut. Janji adalah utang yang harus dibayar.

"Nak, jadi-" ucap reyhan terpotong oleh nenek dian- ibu dari ayah pangeran.

"Biar ibu yang akan menjelaskannya" sambung nenek dian menatap pangeran yang sudah menatapnya dalam. "Pangeran, sebelum kakekmu pergi untuk selamanya. Dia memberikan sebuah permintaan, yang dimana berisi sebuah perjanjian diantara dirinya salah satu pengawal setia pribadi kakekmu. Mereka sudah seperti seorang sahabat. Setiap kemana pun kakekmu pergi, sahabatnya lah yang selalu menemaninya ".

"Suatu hari kakekmu membuat kesepakatan dengannya. Mereka berniat akan menjodohkan anak- anak mereka, namun mereka sama- sama memiliki seorang putra. Hingga akhirnya mereka memutuskan akan menjodohkan saat keturunan anak mereka lahir nanti. Dan itu pesan terakhir kakekmu" jelas nenek dian dengan air mata yang sudah membasahi pipinya.

"Tapi kenapa kakek membuat perjanjian konyol seperti itu, nek?" Tanya pengeran yang tidak terima.

"Kakekmu sangat menyayangi sahabatnya. Dia sudah menganggap layaknya seperti saudara sendiri" jawab nenek dian.

Rika~ ibu pangeran mengusap kedua bahu ibu mertuanya untuk menenangkannya.

"Pangeran, ayah tau ini berat untukmu? Tapi ini sudah menjadi kesepakatan kami untuk melakukan perjodohan ini, sekaligus membayar jasa almarhum sahabat kakekmu. Dan kau tau sendiri, di keluarga kita tidak boleh mengingkari yang namanya sebuah perjanjian" ujar reyhan.

Pangeran mengeratkan genggaman tangannya kuat. "Kenapa kalian semua selalu mengatur hidupku? Bahkan soal pendamping hidupku pun kalian yang mengaturnya. Apa kalian tidak mengerti bagaimana perasaanku selama ini?" ucap pangeran dingin.

"Nak, in-" ucapan Rika terpotong oleh pangeran.

Pangeran beranjak dari duduknya. "Maaf, aku MENOLAK PERJODOHAN INI!" Bantah pangeran lalu pergi meninggalkan mereka dengan rasa kecewa.

"Pangeran,,,pangeran!" panggil Reyhan, namun putranya tersebut tidak mempedulikannya dan terus melanjutkan langkahnya.

Nenek dian menangis sejadi-jadinya. Dia sudah tau jika hal ini pasti akan terjadi. Pangeran tidak akan mau menerima perjodohan yang diinginkan almarhum suaminya semasa hidupnya.

"Ibu maafkan ucapan pangeran tadi. Tidak seharusnya dia berbicara seperti itu" ujar rika kepada ibu mertuanya.

"Tidak apa, ibu mengerti. Memang sangat sulit untuknya menerima perjodohan ini" ucap nenek dian dengan berat.

Sedangkan yang mulia raja hanya terdiam. Dia memikirkan bagaimana caranya pangeran bisa menerima perjodohan ini. Mendengar ucapan pangeran tadi membuatnya merasa bersalah dan ia menyadari kesalahannya.

********************************
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Hay guys🖐🖐
Gimana ceritanya seru gak???
Maaf yah kalo chapter kali ini sedikit
😊😊

Tetep baca terus yah buat liat kelanjutannya🖒🖒🖒

Vote and komennya yah
👇👇👇

pangeran dan putriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang