💫Chapter 13💫

1.3K 54 0
                                    

Happy reading

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
👑👑👑👑

Awan berubah menjadi gelap. Udara dingin menghilir masuk melalui celah jendela kamar yang terbuka. Putri terlamun didepan meja belajarnya. Pikirannya terus melayang mengenai pembicaraannya dengan yang mulia ratu.

"Cuma kau satu- satunya harapan kami".

Putri memijat pelipisnya pusing. Hari ini banyak sekali pikiran dan kejadian yang tidak ia duga. Setelah rian mengantarkannya pulang, ia langsung berdiam diri di dalam kamar. Ayah dan ibunya pasti mengerti dengan sikapnya saat ini.

"Ibu tau, kau belum memberi keputusan tentang perjodohan ini. Tapi ibu yakin hanya kau yang bisa merubah putra ibu satu- satunya. Tolong bantu ibu untuk mendapatkan kebahagiaan pangeran kembali".

Putri memang merasa kasihan kepada pangeran. Dia juga tidak tega melihat yang mulia ratu seperti itu. Kenapa ibu dan anak itu terus membuatnya kepikiran? Namun ada satu hal yang membuatnya terus kepikiran, mengapa pangeran menerima perjodohan ini? Apa alasannya? Kenapa cowok tersebut tidak memberitahukannya? Bukankah dia sendiri yang bilang, dia tidak ingin memiliki seorang istri seperti dirinya? Untuk apa dia menerima perjodohan ini?

"Kenapa semuanya begitu memusingkan?" Lirih putri.

Tok

Tok

Tok

"Nak, kau sudah tidur?" Ucap meriska dari luar.

Putri beranjak dari kursinya, lalu membukakan pintu untuk sang ibu tercinta.

"Masuklah, bu. Tidak perlu mengetuk pintu seperti itu" ujar putri.

Wanita itu tersenyum simpul menatap putri dengan membawa nampan berisi makanan untuknya.

"Ibu tidak ingin mengganggumu, ibu hanya ingin mengantar makan malam untukmu. Sejak sore tadi, kau hanya berdiam di kamar, ibu takut kau sampai telat makan".

Putri terdiam menatap mata sayup sang ibu. Dia bersyukur memiliki keluarga yang sangat begitu perhatian kepadanya.

Putri mengajak meriska masuk ke dalam kamarnya. Meriska menaruh nampan berisi makanan itu di atas nakas. Lalu menghampiri putri yang terduduk diam dikasurnya.

"Maaf, putri tidak membantu ibu di dapur tadi" lirih putri.

"Tidak apa, nak. Ibu paham".

"Bagaimana pertemuanmu dengan yang mulia ratu, tadi? Pasti kau gugup?" Tebak meriska.

Ibunya memang tau jika dirinya bertemu dengan orang asing, pasti akan membuatnya sangat gugup.

"Itu sudah pasti" gumamnya lalu menoleh menatap meriska.

"Tapi ibu tau dari mana, putri bertemu dengan yang mulia ratu hari ini?".

Meriska tersenyum simpul. "Tadi siang, seorang kepala pelayan istana menelpon ke rumah. Dia bilang kau sedang berada disana, setelah pulang sekolah".

"Jadi anna yang menelpon"gumam putri.

"Kau mengenalnya?" Tanya meriska.

Putri mengangguk cepat, lalu kembali menatap wajah ibunya serius." Anna hanya bilang itu?" Tanyanya.

"Iyah, dia hanya bilang itu saja" jawab meriska.

Putri menghela nafas lega, untung anna tidak memberitau tentang dirinya yang jatuh pingsan disekolah tadi. Dia tidak ingin melihat ibunya khawatir, apalagi ayahnya. Pasti penyakit ayahnya akan kambuh lagi.

pangeran dan putriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang